Monday, September 29, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 8: TIFFANY EASTERIA KETAREN

Nama          :Tiffany Easteria Ketaren
Usia            :21 tahun
Status         :Belum menikah
Domisili      :Jakarta Selatan
Pekerjaan   :Mahasiswi & Intern




Tiffany Easteria Ketaren, 21 tahun, sebagai mahasiswi Fakultas Psikologi Atma Jaya yang juga sekaligus magang di bagian HR RCTI, bagaimana Tiffany menikmati waktu luangnya yang hanya ada pada weekend?

Tiffany sendiri mengungkapkan kalau kegiatan favoritnya adalah membaca dan nonton series Korea. “Karena, satu, kalo baca aku emang suka baca, kalo nonton semacam guilty pleasure sih, kalo ini menikmati waktu sengang aku dengan nonton, kesannya relaxing gitu sih.” Kadang kegiatan menonton series Korea dilakoninya hingga sampai pagi, namun kini ia lebih membatasi waktunya menonton.

Berbicara kegiatan yang tidak disukai dalam waktu luangnya adalah, “Aku lebih sebel kalo aku tengah-tengah punya me time, tiba-tiba ada aja gitu kerjaan, misalnya kerjaan aku di feedback trus harus dibuat saat itu juga dengan deadline besok ato lusa gitu, nah aku gak suka kalo aku lagi nonton trus di interupt sama suatu apapun.. disuruh mandi aja kadang aku kesel  gitu kalo misalnya aku lg ngelakuin hal yang aku suka.”

Mengenai tempat-tempat favorit, Tiffany menyukai PIM dan Gancy di Jakarta Selatan. Sedangkan current favorite place baginya adalah Mini Stop Convinient Store. “Karena temenku bilang makanannya enak, onigirinya, dia kan punya curry rice, sama pop corn chicken gitu, dia juga punya es krim-es krim korea jepang gitu kan, harganya juga reasonable, karena surroundingsnya juga neat gitu.” Kalau Jakarta Pusat, Tiffany menyukai Grand Indonesia karena selain dekat dengan Kampus, bisa nonton di Blitz, beberapa restorannya juga menjadi favoritnya, Plaza Semanggi juga dikunjunginya saat ingin bepergian dengan jarak tak jauh dari kampus. Blitz menjadi cinema pilihan Tiffany karena, “Tergantung moviesnya, tapi kebanyakan beberapa film indie, film festival luar negeri yang gak masuk ke cinema XXI.” Khusus restoran, Tiffany menyukai yang berada diluar mall, seperti Toodz House, Mamarossi, dan Pepenero. Tiffany sendiri mengakui kalau di dalam mall ia hanya mengkhususkan untuk nonton dan makan, bukan untuk berjalan-jalan, selain itu kadang seusai nonton, ia lebih memilih untuk mencari makan di luar mall.

“Aku juga suka di Metropol, kan baru direnov, jadi bangunannya oldies twenties gitu, disebelahnya ada Starbucks, pempek Megaria, aku suka makan disitu karena Ibu aku suka makan disitu.” Tambahnya saat berbicara mengenai tempat favorit di Jakarta Pusat. Selain itu, Ochabella juga menjadi tempat favoritnya, “Sekarang bisnisnya di F&B mereka gak cuma jual quality of foodnya aja, tapi ngejual surroundingsnya, ngejual experiencenya, di Ochabella aku suka aja gitu surroundingsnya, musiknya, ya emang makanannya enak juga sih.” Di Jakarta Utara, PIK menjadi pilihan lokasinya, Ikkudo Ichi, Sumboo, dan Shirokuma. “Kadang beberapa restoran aku suka karena either makanannya enak plus suasananya enak, atau emang ya jual konsepnya aja gitu.”
Seperti yang diketahui beberapa tempat di PIK, waiting list menjadi kata yang tak asing lagi, Tiffany juga merasa hal itu kurang membuat dirinya nyaman, “Apalagi kalo dibilang ya cuma sampe jam 7 ya, ya yaudah, makanya aku gak suka makan ditempat yang mainstream lagi, lo sebagai consumer harus consider orang lain lagi.”

Bagi Tiffany, dirinya mengkategorikan beberapa tempat favoritnya, ada yang memang untuk makan , menikmati konsepnya, atau untuk nongkrong-nongkrong saja. “Sushi Tei kan buat makan tuh, gak mungkin kan bikin tugas di Sushi Tei, Loobie Lobster tuh buat makan, Ikkudo juga buat makan sih karena rame, Pepenero masih bisa, nah kebetulan Pepenero Pondok Indah agak lenggang kan tuh jadi masih bisa berlama-lama disitu.” Dan untuk tempat yang dekorasi, “Aku suka banget Mama Rossi, homey aja gitu, interiornya bagus, jadi sebenernya itu rumah, dia buat restoran gitu, jadi emang homey banget gitu.” Nah, tempat-tempat yang bagus seperti ini biasanya diupload ke sosial media, Path, namun yang lebih sering diuploadnya adalah makananya karena memang tujuan utama ke restoran adalah untuk makanan.

Dari semua tempat yang sudah disebutkan tadi, Mama Rossi menjadi tempat yang paling disukainya, “Surroundingsnya, gak terlalu rame, trus Italian Food, mereka menyediakan tempatnya emang buat lo ngobrol lama sama temen-temen lo sih.”

Menurut Tiffany Mama Rossi juga menjadi tempat yang memorable karena saking seringnya pergi kesana, “Yang paling suka sih pas pergi sama cowo gw, trus kan dia ada bagian rooftopnya gitu, trus langsung liat langit, banyak bintang gitu kan, trus kebetulan lagi live music akustiknya enak banget, pas banget lagi makan, di surroundingsnya ada kokinya ada anaknya ada cucunya, anaknya nari-nari gitu, ya enak aja surroundingsnya, makanya gw suka di Mama Rossi.”

Beralih ke kejadian yang buruk, menurutnya Portico di Senayan City memberikan pengalaman buruk bagi Tiffany, “Pernah kedua kalinya pergi sama nyokap gue, makanannya telat satu jam, nyokap gw marah-marah, trus dikeluarin juga pas bareng sama dessert, ya kali makan dua gitu. Trus yang ketiga, ya tipikal anak kampus gitu kan, pake jeans kaos, nah pas banget kita bedua pake ransel, pas masuk gak ditawarin mau duduk dimana, gw dikasih tempat yang cukup kecil gitu, trus keasikan ngobrol 30 menit makanannya gak dateng, trus sampe 1 jam gak dateng juga,.. akhirnya aku bilang, mas jangan karena saya pake ransel, bukan pakaian kantoran, jangan treat saya kaya begini.” Menurutnya, perilaku seperti itu mengesankan mengkotak-kotakan customer dan ia mengharapkan hal itu tidak terjadi dimanapun dan kepada siapapun.

Secara intensitas, Tiffany paling sering spend waktu luang bersama teman-teman dan pacar. Karena keluarga memiliki kesibukan masing-masing dan kegiatan Tiffany nya juga sibuk. Bersama Ibunya biasanya Tiffany lebih banyak jalan-jalan, makan, belanja baju, dan refleksi, “Lusa lalu gw baru refleksi sama nyokap sih.” Menurut Tiffany, jalan-jalan komplit lebih sering dilakukannya saat bersama keluarga.

“Karena nyokap gw bukan tipe yang makan trus ngobrol chitchat gitu, nyokap gw tuh lebih jalan-jalan orangnya, shopping itu, ya media spend time gw ya shopping gitu sama dia, mama mau liat baju nih mau liat tas ini nih.” Menjadi alasan Tiffany mengapa mall lebih sering dikunjungi bersama Ibunya.

Tiffany juga terkadang mengunjungi tempat-tempat yang dikunjungi bersama teman-temannya, dengan Ibunya. Namun, ia merasakan suasanya menjadi berbeda, “Kaya kemaren gw ke Toodz House nih, kalo sama nyokap gw ya buat makan aja, gak memanfaatkan surroundings, gak buat ngobrol, kalo sama nyokap literally buat makan, ada ngobrolnya tapi gak banyak intensitasnya.”
Menurutnya tempat yang enak untuk mengisi waktu luang adalah, tempat yang suasanya seperti di rumah, fasilitasnya seperti Wifi, ruangan smoking non smoking, dan kualitas yang dijualnya. “Karena kalo aku sih yang buat aku tertarik buat dateng terus secara continue adalah tempat yang bikin aku nyaman disitu.”

Berbicara tempat selain mall dan kafe, museum juga pernah dikunjunginya, galeri-galeri juga dikunjunginya di Jakarta. Namun, museum dirasakannya hanya bisa untuk sightseeing saja di Jakarta, berbeda dengan yang ada di luar negeri, “Bukan yang misalnya ada kafenya, ada tempat duduk-duduknya, gak ada.”
Kembali ke topik waktu luang itu sendiri,

“Di mana kita bisa menghabiskan waktu kita dalam periode waktu tersebut, melakukan hal-hal yang kita suka, di luar kerjaan,…sesuatu yang bikin relax juga.”  Menjadi definisi Tiffany mengenai waktu luang. Namun, jalanan Jakarta dirasakan kurang mendukung waktu luangnya, bahkan dirasakan dapat menghilangkan mood saat sudah sampai ke tempat tujuan mengisi waktu luangnya. Sebagai penduduk Jakarta, bukan hal yang asing jika jalanan Jakarta menjadi tempat yang tidak disukainya, “Jalanan macet, jadi menurunkan hasrat gw untuk pergi tuh, biasanya mencari jam yang kosong, tapi kalo udah macet banget, depan rumah aja udah macet, udah biasanya di rumah aja.”

Sebagai generasi millenial, Instagram, Twitter, Facebook, dan Path dapat dikatakan akrab dalam kehidupan Tiffany sehari-hari. Namun, Twitter dan Facebook dirasakan kalau fungsinya sudah digantikan oleh Path, sehingga aktifitas sosial media dianggap lebih aktif dalam Path. Aktifitas dalam Path biasanya adalah untuk post listening to, namun ia juga suka untuk post-post gambar, “Hmm, kalo post foto sih orang attract sama fotonya, kalo yang love ato like banyak ya which means banyak yang suka sama foto atau lagunya.”


Sebagai penutup, Tiffany merasa sudah banyak restoran yang membuat dirinya bingung, “Aku sekarang lagi jenuh-jenuhnya sih liat restoran, lebih kreatif aja sih bikin destinasi tujuan, taman kota kek, drive-in theater kek, museum pun juga menyenangkan kok kalo dikemas dengan baik, … aku lebih ekspek kesana sih, sebenernya aku pengen ke galeri-galeri sih, tapi cuma sedikit di Jakarta. Kaya gitu-gitu yang dibanyakin, supaya masyarakat gak cuma ke mall ato kafe-kafe aja sih.” 

No comments:

Post a Comment