Monday, September 29, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 8: TIFFANY EASTERIA KETAREN

Nama          :Tiffany Easteria Ketaren
Usia            :21 tahun
Status         :Belum menikah
Domisili      :Jakarta Selatan
Pekerjaan   :Mahasiswi & Intern




Tiffany Easteria Ketaren, 21 tahun, sebagai mahasiswi Fakultas Psikologi Atma Jaya yang juga sekaligus magang di bagian HR RCTI, bagaimana Tiffany menikmati waktu luangnya yang hanya ada pada weekend?

Tiffany sendiri mengungkapkan kalau kegiatan favoritnya adalah membaca dan nonton series Korea. “Karena, satu, kalo baca aku emang suka baca, kalo nonton semacam guilty pleasure sih, kalo ini menikmati waktu sengang aku dengan nonton, kesannya relaxing gitu sih.” Kadang kegiatan menonton series Korea dilakoninya hingga sampai pagi, namun kini ia lebih membatasi waktunya menonton.

Berbicara kegiatan yang tidak disukai dalam waktu luangnya adalah, “Aku lebih sebel kalo aku tengah-tengah punya me time, tiba-tiba ada aja gitu kerjaan, misalnya kerjaan aku di feedback trus harus dibuat saat itu juga dengan deadline besok ato lusa gitu, nah aku gak suka kalo aku lagi nonton trus di interupt sama suatu apapun.. disuruh mandi aja kadang aku kesel  gitu kalo misalnya aku lg ngelakuin hal yang aku suka.”

Mengenai tempat-tempat favorit, Tiffany menyukai PIM dan Gancy di Jakarta Selatan. Sedangkan current favorite place baginya adalah Mini Stop Convinient Store. “Karena temenku bilang makanannya enak, onigirinya, dia kan punya curry rice, sama pop corn chicken gitu, dia juga punya es krim-es krim korea jepang gitu kan, harganya juga reasonable, karena surroundingsnya juga neat gitu.” Kalau Jakarta Pusat, Tiffany menyukai Grand Indonesia karena selain dekat dengan Kampus, bisa nonton di Blitz, beberapa restorannya juga menjadi favoritnya, Plaza Semanggi juga dikunjunginya saat ingin bepergian dengan jarak tak jauh dari kampus. Blitz menjadi cinema pilihan Tiffany karena, “Tergantung moviesnya, tapi kebanyakan beberapa film indie, film festival luar negeri yang gak masuk ke cinema XXI.” Khusus restoran, Tiffany menyukai yang berada diluar mall, seperti Toodz House, Mamarossi, dan Pepenero. Tiffany sendiri mengakui kalau di dalam mall ia hanya mengkhususkan untuk nonton dan makan, bukan untuk berjalan-jalan, selain itu kadang seusai nonton, ia lebih memilih untuk mencari makan di luar mall.

“Aku juga suka di Metropol, kan baru direnov, jadi bangunannya oldies twenties gitu, disebelahnya ada Starbucks, pempek Megaria, aku suka makan disitu karena Ibu aku suka makan disitu.” Tambahnya saat berbicara mengenai tempat favorit di Jakarta Pusat. Selain itu, Ochabella juga menjadi tempat favoritnya, “Sekarang bisnisnya di F&B mereka gak cuma jual quality of foodnya aja, tapi ngejual surroundingsnya, ngejual experiencenya, di Ochabella aku suka aja gitu surroundingsnya, musiknya, ya emang makanannya enak juga sih.” Di Jakarta Utara, PIK menjadi pilihan lokasinya, Ikkudo Ichi, Sumboo, dan Shirokuma. “Kadang beberapa restoran aku suka karena either makanannya enak plus suasananya enak, atau emang ya jual konsepnya aja gitu.”
Seperti yang diketahui beberapa tempat di PIK, waiting list menjadi kata yang tak asing lagi, Tiffany juga merasa hal itu kurang membuat dirinya nyaman, “Apalagi kalo dibilang ya cuma sampe jam 7 ya, ya yaudah, makanya aku gak suka makan ditempat yang mainstream lagi, lo sebagai consumer harus consider orang lain lagi.”

Bagi Tiffany, dirinya mengkategorikan beberapa tempat favoritnya, ada yang memang untuk makan , menikmati konsepnya, atau untuk nongkrong-nongkrong saja. “Sushi Tei kan buat makan tuh, gak mungkin kan bikin tugas di Sushi Tei, Loobie Lobster tuh buat makan, Ikkudo juga buat makan sih karena rame, Pepenero masih bisa, nah kebetulan Pepenero Pondok Indah agak lenggang kan tuh jadi masih bisa berlama-lama disitu.” Dan untuk tempat yang dekorasi, “Aku suka banget Mama Rossi, homey aja gitu, interiornya bagus, jadi sebenernya itu rumah, dia buat restoran gitu, jadi emang homey banget gitu.” Nah, tempat-tempat yang bagus seperti ini biasanya diupload ke sosial media, Path, namun yang lebih sering diuploadnya adalah makananya karena memang tujuan utama ke restoran adalah untuk makanan.

Dari semua tempat yang sudah disebutkan tadi, Mama Rossi menjadi tempat yang paling disukainya, “Surroundingsnya, gak terlalu rame, trus Italian Food, mereka menyediakan tempatnya emang buat lo ngobrol lama sama temen-temen lo sih.”

Menurut Tiffany Mama Rossi juga menjadi tempat yang memorable karena saking seringnya pergi kesana, “Yang paling suka sih pas pergi sama cowo gw, trus kan dia ada bagian rooftopnya gitu, trus langsung liat langit, banyak bintang gitu kan, trus kebetulan lagi live music akustiknya enak banget, pas banget lagi makan, di surroundingsnya ada kokinya ada anaknya ada cucunya, anaknya nari-nari gitu, ya enak aja surroundingsnya, makanya gw suka di Mama Rossi.”

Beralih ke kejadian yang buruk, menurutnya Portico di Senayan City memberikan pengalaman buruk bagi Tiffany, “Pernah kedua kalinya pergi sama nyokap gue, makanannya telat satu jam, nyokap gw marah-marah, trus dikeluarin juga pas bareng sama dessert, ya kali makan dua gitu. Trus yang ketiga, ya tipikal anak kampus gitu kan, pake jeans kaos, nah pas banget kita bedua pake ransel, pas masuk gak ditawarin mau duduk dimana, gw dikasih tempat yang cukup kecil gitu, trus keasikan ngobrol 30 menit makanannya gak dateng, trus sampe 1 jam gak dateng juga,.. akhirnya aku bilang, mas jangan karena saya pake ransel, bukan pakaian kantoran, jangan treat saya kaya begini.” Menurutnya, perilaku seperti itu mengesankan mengkotak-kotakan customer dan ia mengharapkan hal itu tidak terjadi dimanapun dan kepada siapapun.

Secara intensitas, Tiffany paling sering spend waktu luang bersama teman-teman dan pacar. Karena keluarga memiliki kesibukan masing-masing dan kegiatan Tiffany nya juga sibuk. Bersama Ibunya biasanya Tiffany lebih banyak jalan-jalan, makan, belanja baju, dan refleksi, “Lusa lalu gw baru refleksi sama nyokap sih.” Menurut Tiffany, jalan-jalan komplit lebih sering dilakukannya saat bersama keluarga.

“Karena nyokap gw bukan tipe yang makan trus ngobrol chitchat gitu, nyokap gw tuh lebih jalan-jalan orangnya, shopping itu, ya media spend time gw ya shopping gitu sama dia, mama mau liat baju nih mau liat tas ini nih.” Menjadi alasan Tiffany mengapa mall lebih sering dikunjungi bersama Ibunya.

Tiffany juga terkadang mengunjungi tempat-tempat yang dikunjungi bersama teman-temannya, dengan Ibunya. Namun, ia merasakan suasanya menjadi berbeda, “Kaya kemaren gw ke Toodz House nih, kalo sama nyokap gw ya buat makan aja, gak memanfaatkan surroundings, gak buat ngobrol, kalo sama nyokap literally buat makan, ada ngobrolnya tapi gak banyak intensitasnya.”
Menurutnya tempat yang enak untuk mengisi waktu luang adalah, tempat yang suasanya seperti di rumah, fasilitasnya seperti Wifi, ruangan smoking non smoking, dan kualitas yang dijualnya. “Karena kalo aku sih yang buat aku tertarik buat dateng terus secara continue adalah tempat yang bikin aku nyaman disitu.”

Berbicara tempat selain mall dan kafe, museum juga pernah dikunjunginya, galeri-galeri juga dikunjunginya di Jakarta. Namun, museum dirasakannya hanya bisa untuk sightseeing saja di Jakarta, berbeda dengan yang ada di luar negeri, “Bukan yang misalnya ada kafenya, ada tempat duduk-duduknya, gak ada.”
Kembali ke topik waktu luang itu sendiri,

“Di mana kita bisa menghabiskan waktu kita dalam periode waktu tersebut, melakukan hal-hal yang kita suka, di luar kerjaan,…sesuatu yang bikin relax juga.”  Menjadi definisi Tiffany mengenai waktu luang. Namun, jalanan Jakarta dirasakan kurang mendukung waktu luangnya, bahkan dirasakan dapat menghilangkan mood saat sudah sampai ke tempat tujuan mengisi waktu luangnya. Sebagai penduduk Jakarta, bukan hal yang asing jika jalanan Jakarta menjadi tempat yang tidak disukainya, “Jalanan macet, jadi menurunkan hasrat gw untuk pergi tuh, biasanya mencari jam yang kosong, tapi kalo udah macet banget, depan rumah aja udah macet, udah biasanya di rumah aja.”

Sebagai generasi millenial, Instagram, Twitter, Facebook, dan Path dapat dikatakan akrab dalam kehidupan Tiffany sehari-hari. Namun, Twitter dan Facebook dirasakan kalau fungsinya sudah digantikan oleh Path, sehingga aktifitas sosial media dianggap lebih aktif dalam Path. Aktifitas dalam Path biasanya adalah untuk post listening to, namun ia juga suka untuk post-post gambar, “Hmm, kalo post foto sih orang attract sama fotonya, kalo yang love ato like banyak ya which means banyak yang suka sama foto atau lagunya.”


Sebagai penutup, Tiffany merasa sudah banyak restoran yang membuat dirinya bingung, “Aku sekarang lagi jenuh-jenuhnya sih liat restoran, lebih kreatif aja sih bikin destinasi tujuan, taman kota kek, drive-in theater kek, museum pun juga menyenangkan kok kalo dikemas dengan baik, … aku lebih ekspek kesana sih, sebenernya aku pengen ke galeri-galeri sih, tapi cuma sedikit di Jakarta. Kaya gitu-gitu yang dibanyakin, supaya masyarakat gak cuma ke mall ato kafe-kafe aja sih.” 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 7: GRATIA HENDRA GUNAWAN

Nama      :Gratia Hendra Gunawan
Usia        :21 tahun
Status     :Belum menikah
Domisili  :Jakarta Selatan
Pekerjaan:Mahasiswi



Gratia Hendra Gunawan, 21 tahun, mahasiswi DKV ini mengartikan waktu luang sebagai saat-saat tidak tugas. Bagaimana dirinya menggunakan waktu luang?

Dalam seminggu diakuinya dirinya memiliki 3 hari waktu luang dalam weekdays, biasanya Gratia mengisi hari-harinya dengan nongkrong, di kamar streaming youtube, dan jalan-jalan untuk makan. Destinasi yang dipilih juga tidak hanya di sekitaran Jakarta Selatan tetapi ke beberapa wilayah Jakarta lainnya. Diakuinya bepergian jauh dilakoninya kalau sedang bersama teman-temannya, “Kalo lagi rame-rame sama temen-temen, biar asik aja, ngobrol bareng ngerumpi bareng.”

Namun, Gratia mengakui waktu luang lebih banyak diisi bersama pacarnya, “Karena kebetulan kita berdua sama-sama ngekos, waktu luangnya jadi lebih banyak, jadi kalau mau jalan kemana ya jalan aja.” Mall menjadi tujuan utama bersama pacarnya, karena dirasakannya bisa melakukan apapun disana, “Jalan-jalan bisa, liat-liat aja juga bisa.” Tetapi diakuinya, terkadang mall juga membuatnya bosan, sehingga kafe lah yang menjadi destinasi alternatif bagi Gratia. “Terus terang sih bosen, jadi kalo udah bosen gitu cari suasana kaya ke kafe, bar, atau cari tempat yang belum pernah di datengin.”
Kafe-kafe yang seringkali dipilih untuk dikunjungi adalah Dim Sum, Inc, Beer Garden, Bakmi GM, dan Pizza e Birra. Tempat-tempat itu menjadi pilihan karena, “Kalau Dim Sum, Inc itu 24 jam, Beer Garden juga sampe malem, dan kebetulan dekat kampus, Pizza e Birra juga ada di CP, ya biasa gitu sih karena aksesnya deket ato buka 24 jam.”

Mengenai tempat-tempat di Jakarta, Gratia mengakui sudah banyak mengunjungi tempat-tempat Jakarta. Di Jakarta Pusat, Gratia sudah sering mengunjungi PX, Plaza Indonesia, GI, dan Beer Garden. Di Jakarta Utara biasanya ia mengunjungi PIK dan Kelapa Gading, namun ia lebih memilih Kelapa Gading karena akses yang lebih dirasakan mudah diakses oleh motor. Jakarta Timur biasanya hanya dilewati, dan Jakarta Barat biasanya ia ke CP, CL, dan TA. Khusus Jakarta Selatan, Gratia sering mengunjungi PIM dan PP.

Berbicara mengenai tempat yang memorable, PIM menjadi tempat yang memorable bagi Gratia, “PIM sih, tempat jalan dari kecil sampe sekarang situ-situ aja.” Ia juga menambahkan, Plaza Senayan menjadi tempat memorable karena high heels nya yang lepas, “Sebenernya ke PS buru-buru, dandan dandan cantik trus sol sepatunya lepas, kebetulan sih karena awkard banget sih yaudah pede jaya aja gitu.” Memorable yang menyenangkan bagi Gratia adalah saat di Grand Indonesia karena itu merupakan tempat dirinya jadian dengan pacarnya.

Sebagai penduduk yang berhilir mudik di Jakarta, jalanan Jakarta dirasakan mempengaruhi mood saat sudah sampai di suatu tempat untuk mengisi waktu luang, “Sebenernya ngaruh tuh, kaya mau nonton, mau ngincer kira-kira jam 2 tapi karena jalanan macet, jadi hectic buru-buru jadinya sampe mall buru-buru pas antri tiket udah abis, gitu sih keselnya.” Namun, transportasi umum tidak dirasakan begitu layak untuk menjadi alternatif kendaraan di jalan, karena kemacetan masih tetap dirasakan dirinya.

Berbicara mengenai waktu luang bersama keluarga, biasanya ke mall bersama keluarga hanya untuk makan-makan dan kebanyakan mengisi waktu luang di rumah. Sebagai anak kos, saat kembali ke rumah waktu luang diisinya dengan, “Ngobrol dengan orang tua, ya ngaso-ngaso aja sih, ya paling kalau bisa jalan bareng ya jalan bareng.”

Dari sekian banyak tempat di Jakarta, Gratia mengakui kalau dirinya kurang menyukai Citraland, “Karena mallnya besar, bentuknya muter gitu jadi ga enak aja gitu, penataan toko-tokonya ga enak, sama parkirnya juga kurang enak.” Bagi Gratia mall yang enak adalah, “Space buat jalannya agak lebar, mungkin denah antar toko, kalo misalnya di blok-blokin lebih enak lebih tertata aja sih. Misalnya satu lantai buat sepatu ya enak aja.” Maka bagi Gratia, Kota Kasablanca menjadi mall yang pas dengan kriteria dirinya, karena dirasakannya lengkap, “Soal buat belanja brand-brandnya lengkap, penempatan store-storenya tuh enak.”

Destinasi selain mall, museum menjadi tempat yang pernah dikunjunginya, ia juga menyebutkan banyak nama-nama museum. “Ah, ke museum basicly emang karena tugas, tapi buat jalan-jalan pernah sih ke situ, biasanya sih gw yang ngajak.” Museum juga menjadi salah satu destinasi dalam rangka mencari suasana baru, namun dirasakannya ada beberapa yang belum pantas untuk menjadi tempat mengisi luang. “Seharusnya lebih direnov aja sih, supaya keliatan aja lebih enak sih. Kaya Museum Bahari karena bangunannya udah tua jadi keliatan kusem aja sih, sama kurang terawat museumnya.”

Sebagai mahasiswi jurusan Desain dengan tugas yang banyak, waktu Spare Time diantara jadwal kampus menjadi salah satu kesempatan dirinya menikmati waktu luang, “Biasanya ya kebanyakan sih ngobrol sampe bego aja sih di kampus, atau cari-cari tempat gitu yang cocok.” Tetapi juga kadang Gratia mengisinya dengan hanya stay di kampus, “Karena udah stuck aja mau kemana, jadi kita bilang bosen, ya itu sebenernya itu waktu luang sih.”

Waktu luang colongan juga kadang ia gunakan, “Waktu itu sih ada kelas trus gue malah cabut ke mall, rame-rame.” Pelajaran yang membosankan, bahasan yang sama seperti minggu kemarin menjadi trigger bagi Gratia untuk menjadikan waktu-waktu tersebut menjadi waktu luang colongan.

“Basicnya gw anak tunggal, jadi lebih suka rame-rame.” Hal itu menjadi alasan mengapa dirinya lebih suka mengisi waktu luang bersama teman-temannya. Selain itu, jurusan DKV yang dipilihnya juga menjadi faktor pemilihan aktifitas di waktu luang, “Karena gw anak DKV nih ada kerjaan, lagi niat lagi sempet, gambar rame-rame bikin karya.”

Dalam penggunaan sosial media, Gratia mengakui mengaktifkan semua sosial medianya, saat dirinya sedang bosan ia biasnya membuka Instagram, Facebook, dan Path. Sedangkan Twitter ia sudah mulai tinggalkan karena teman-temannya juga sudah meninggalkan sosial media itu. Path sendiri digunakan untuk, “Kepoin temen ya hahaha, ngepost juga lagi dengerin apa.”

Menurut Gratia tempat-tempat yang asik untuk di share, misalnya kantor magangnya, tempat yang pertama kali didatangi. Melalui check-in tempat ini, diakui Gratia tidak begitu mempengaruhi dirinya dalam memilih suasana baru dan berbeda. Diakuinya, suasana berbeda yang dicari oleh Gratia adalah dekorasi yang berbeda, menu yang berbeda, dan hal-hal yang belum pernah didapatkan di tempat-tempat lainnya.


Sebagai penutup, Gratia merasa sudah kebanyakan mall, “Sebenarnya kalo mau bikin mall gapapa, cuma to be waiting kalo mall yang environmentnya ada tamannya kaya CP, orang Jakarta tuh butuh taman yang terawat rus bagus, jadi lebih nikmat aja gitu pemandangan matanya jadi gak cuma bangunan-bangunan aja jadi masih ada hijau-hijaunya.” 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 6: TIFFANY ADNAN

Nama       :Tiffany Adnan
Usia         :20 tahun
Status      :Belum menikah
Domisili    :Jakarta Utara
Pekerjaan :Mahasiswi


Tiffany Adnan, 20 tahun, sebagai seorang mahasiswi desain interior, banyaknya tugas menjadi makanan sehari-hari baginya, perasaan takut tidak lulus, ingin lulus cepat, mempengaruhi penggunaan waktu luangnya. Bagaimana dirinya menemukan waktu luang?.
Mahasiswi semester 5 ini mengakui, semester ini menjadi semester yang lebih dirasakan santai dibanding sebelum-sebelumnya. Dapat dikatakan dirinya lebih memiliki waktu luang pada semester 5 ini. “Kalo Sabtu Minggu bisalah, sekarang bisa sampe 2 ato 3 hari.”
Di hari-hari yang kosong dalam weekdays biasanya ia isi dengan mengerjakan tugas demi memiliki weekend yang kosong tanpa tugas. Weekend baru digunakannya untuk berjalan-jalan. “Kalau weekdays temen-temenya kuliah, orang tua juga masih kerja, kalau weekend mungkin karena kebiasaan kali ya, orang biasa pergi pas weekend. Kalo weekdays macet lah, apa lah, banyak kendalanya.”

Secara umum, waktu luangnya digunakan untuk nonton, tidur, dan sebagian besar digunakan untuk beristirahat di rumah. Shopping yang difavoritkan bagi perempuan, nampaknya tidak menjadi pilihan bagi Tiffany, shopping dilakukannya sebagai kegiatan eventual saja, saat adanya hari-hari penting seperti Natal atau Sincia.

Kegiatan yang tidak disukainya untuk dilakukan di waktu luang adalah membereskan rumah, karena waktu luang lebih ingin untuk digunakan buat beristirahat.
Mengenai mall, Tiffany mengakui sebagai penduduk Jakarta dirinya juga sering pergi ke mall, “Ya bioskop aja adanya di dalem mall kan, sebenernya bosen, ya makanya pindah-pindah perginya.” Walaupun banyak mall yang pernah dikunjunginya, mall favoritnya adalah Pluit Village, Pluit Junction untuk nonton, Emporium, dan Taman Anggrek atau Citraland untuk makan bersama teman-teman kampus.

Secara kriteria,  mall yang dikunjunginya harus memiliki bioskop dan memiliki tempat makan. Uniknya, Tiffany memilih untuk tempat makan yang bukan berada di food court, tetapi memang restoran. “Kalo di food court pilihannya terlalu banyak sih, bingung mau makan apa, cari tempat duduknya juga susah, kalo di restoran kan ditanya berapa orang, trus ditunjukin jalannya.”
Namun secara pribadi, mall yang menjadi pilihannya adalah mall yang tidak ramai, alasannya agar mudah mencari parkir. Mall yang ramai tidak sampai hiruk pikuk juga menjadi pilihannya, “Kalau pas midnight sale kan parah tuh kan, jadi gak nyaman kan.”

Mahasiswi yang sangat menyukai nonton ini, memiliki pengalaman buruk, yaitu saat sedang nonton anak-anak kecil di kursi belakang menendang-nendang kursinya, “Pengen gw marahin hahaha..”. Selain itu, orang yang ngobrol saat film berlangsung juga menjadi pengalaman yang memorable, “Lagi nonton dia malah ngobrol kan betein.”

Berbicara mengenai partner dalam waktu luang, “Yang demen nonton ya sama pacar, temen-temen beda kuliah, susah ngumpulnya, temen-temen kuliah juga abis kuliah suka cape jadi langsung pulang.” Bersama pacar, selain melakukan hobi menontonnya di mall, ia juga pernah beberapa kali pergi ke kafe-kafe seperti di PIK, namun jalanan menjadi kendala, “Macet setiap malem sekarang kan.” Saat ditanya apabila PIK tidak macet, Tiffany sebenarnya lebih memilih PIK, “Kalo ga macet ya PIK sih, tapi kalo macet yaudah ke mall lagi.”

Waktu luang bersama keluarga dilakukan Tiffany dalam berbelanja, “Kalo orangnya demen belanja, hiburan lah ya, belanja bahan-bahan makanan juga. Misalnya udah mumet kerjain tugas, pergi belanja bentar, pulang, kerja tugas lagi, kaya refreshing walaupun bentar gitu.”

Waktu luang bersama teman-temannya, dirasakan lebih sulit didapatkannya. Jadwal-jadwal yang berbeda menjadi pemicu utama kesulitannya. Namun saat sudah bertemu biasanya diisi dengan ngobrol, “Biasanya di rumah temen, ada satu yang suka ngumpulin anak-anak, trus kita ngobrol aja gitu sampe malem.” Rumah menjadi pilihannya karena perihal izin dengan orang tua dan juga karena faktor jarak yang dirasakan saling berdekatan.

Mengenai waktu luang yang berhubungan dengan jadwal kuliah, dirinya pernah memiliki jadwal dengan jarak 3 jam kosong. “Ke mall, cari makan, sama yang lain, kalo gak kerjain tugas sih, soalnya banyak tugas kelompok juga, mumpung di kampus juga, jadi kaya kita kerjain tugas kelompok aja gitu, lumayan 3 jam.” Menurut Tiffany, waktu 3 jam tersebut menjadi bukan waktu luang baginya, karena sama saja ia harus mengerjakan tugas. Sehingga bagi Tiffany, waktu luang adalah, “Saat waktu santai dan tidak mengerjakan tugas, jadi bener-bener gak mau ngapa-ngapain, kalo kerja tugas jadi waktu belajar lah ya, kaya dulu kita sekolah.”

Dalam waktu luang yang panjang seperti libur semester, Tiffany mengisi waktu luangnya dengan merajut. Hal itu dilakukan karena faktor waktu kosong yang begitu panjang. Namun terkadang Tiffany juga mengisinya dengan mencari suasana baru, “Jadi kaya pengen mengunjungi tempat-tempat wisata juga kan..” Sayangnya, suasana baru tersebut ditemukannya bukan di Jakarta, namun di luar negeri.

Mengenai sosial media yang digunakan, Tiffany menggunakan Facebook untuk cari tugas, Path, dan Instagram. Tetapi karena teman-teman aktifnya di Path, maka ia juga lebih menggunakan Path dibandingkan Instagram dan Facebook. Penggunaan Path dari Tiffany lebih digunakan untuk melihat gambar-gambar tidak untuk update tempat hal iti dipicu oleh faktor privasi, “Soalnya gw jadi nyebarin informasi dong gw lagi disini nih lagi ngapain gitu, jadi kurang privacy aja sih, jadinya lu serba tahu tentang gw.”


Seperti informan-informan sebelumnya, jalanan Jakarta membuat dirinya merasa tidak fun lagi saat sampai di tempat. Pengalaman kriminal pun juga pernah dialaminya, “Pengamen aja suka galak-galak ya, ya harus jaga diri aja kalo kaya begitu.” Sebagai penutup, Tiffany menyampaikan, “Transportasi dikembangin, yaudahlah ya berenti di tempatnya aja, lebih dirapihkan juga Jakartanya.” 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 5: HERLINA

Nama       :Herlina
Usia         :20 tahun
Status      :Belum menikah
Domisili    :Jakarta Timur
Pekerjaan :Mahasiswi


“Waktu untuk bersantai-santai, tanpa ada beban, maksudnya pas lagi ga ada tugas, ga ada apa-apa gitu, emang lagi kosong.”

Herlina, seorang mahasiswi jurusan Akuntansi Universitas Tarumanegara, rata-rata waktu luang dihabiskannya di mall, mengapa mall menjadi pilihannya?.

Sebagai pembuka cerita, dalam waktu luangnya sehari-hari, ia menyukai nonton TV, berenang di sport club dekat rumah, dan kalau sedang di kosan dihabiskan untuk ngobrol dengan teman-temannya. Dari semua kegiatan yang dilakukan, Herlina paling menyukai mengisi waktu luangnya dengan mengobrol ,”Soalnya kalo ngobrol bisa cerita-cerita aja sama temen, saling berbagi aja, curhat kadang-kadang.” Buatnya, mengisi waktu dengan teman-teman dirasakannya lebih banyak kegiatan yang bisa dilakukan dibandingkan dengan ia sendirian, karena kalau sendirian dirasakannya lebih memicu kebosanan.

Sebagai anak kost, aktifitas dalam mengisi waktu luang dilakukannya berbeda apabila sedang berada di rumahnya yang berlokasi di Jakarta Timur. “Kalo di kosan paling pergi sama temen, makan, jalan, nonton, kalo di rumah lebih family time aja sih, sama keluarga.”
Tempatnya pun juga berbeda, aktifitas waktu luang bersama teman-temannya dilakukannya di mall, “Yang deket-deket aja sih, TA, CP.” Namun, kegiatan yang dilakukan di mall tersebut lebih bersifat straight forward, kalau ingin nonton, langsung pergi ke cinema, dan untuk makan langsung pergi ke restorannya.

Diakukinya, selain mall, Herlina tidak pernah mengunjungi tempat-tempat lainnya seperti museum, “Ya kurang tertarik aja, mungkin museum disini tempatnya kaya gak ada daya tariknya gitu, ya kalo sejarahnya sih cukup menarik, tapi kalo ke museumnya kurang daya tariknya kaya ‘yuk ke museum yuuk’ gak ada gitu.” Tambahnya, “Gw sih lebih suka ke mall ya.”

Berdomisili di Jakarta Timur, Herlina mengakui kalau dirinya jarang berpergian ke wilayah Jakarta lainnya, “Selain macet, temen juga kebanyakan juga di daerah Timur dan Barat.” Dari kondisi jalannya, Herlina mengakui membuatnya malas jalan-jalan, “Apalagi jam orang pulang kantor, pasti macet kemana-mana kadang jadi males ya pergi jauh-jauh.”  

Herlina juga membandingkan perbedaan waktu luang saat dirinya masih bersekolah dengan sekarang saat sudah kuliah, “Gw ngerasanya kuliah lebih santai, gak kaya SMA, kalo kuliah ini sibuknya cuma pas ujian aja.” Sehubungan dengan kuliah, Herlina juga mengakui dirinya pernah mencari waktu luang colongan dengan absen kuliah, “Kadang-kadang suka ambil waktu tengah-tengahnya buat makan, hmm waktu luang gak ya, itu sih curi-curi waktu kali ya.” Sehingga menurut Herlina, sebenarnya waktu luang baginya adalah saat sudah selesai melalukan aktifitasnya pada hari itu. “Ya gak harus libur juga sih, maksudnya kalo waktu luang ya abis melaksanakan aktifitasnya ya itu waktu luang buat gw.”

“Weekend selalu jadi waktu luang buat gw.”, aku Herlina. Weekend menjadi pilihan Herlina untuk melakukan family time, namun dirasakan berbeda ambience nya dibandingkan dengan spend waktu dengan teman-teman. Ia merasa lebih tenang dengan keluarga walaupun tidak bisa tertawa lepas, “Kaya di rumah aja gitu, karna gw di kosan terus ya gw mau menikmati rumah aja gitu, suasana di rumah.” Saat-saat liburan panjang menjadi pilihannya untuk stay di rumah berlama-lama, namun terkadang setelah sampai di rumah, Herlina melanjutkan waktu luangnya dengan pergi ke luar kota.
Kembali berbicara mengenai waktu luang bersama teman-teman, Herlina juga ternyata pernah ke beberapa kafe diluar mall seperti Koultura, dan di PIK. Sebenarnya, Ia juga merasa nyaman dan menikmati berada di kafe tersebut karena bersama teman-temannya, selama bersama teman-temannya ia tetap merasa fun dan seru dimanapun. Membandingkan dengan informan sebelumnya mengenai perilaku lifestyle foto-foto, Herlina mengakui, “Soalnya gw gak terlalu harus kemana foto gitu engga, yang penting kita seneng-seneng aja gitu, kadang foto-foto sih, tapi ga gitu penting buat gw. “

Mengenai tempat dan kejadian yang memorable di Jakarta, Herlina mengakui tidak ada tempat yang memorable baginya, karena menurutnya tempat yang sesuai untuk momen-momen memorable adalah tempat yang enak untuk nongkrong dan nyaman bagi dirinya dan teman-temannya.
“Biasanya disini tempatnya enak nih, trus kita dateng.”, kata-kata tersebut seringkali menarik Herlina untuk mendatangi suatu tempat yang baru, namun dirinya juga melakukan re-check untuk memastikan tempat tersebut enak. Berbicara mengenai tempat, ia mengakui kalau tempat terbuka kurang ia sukai, karena polusi udara dan kotor. Ternyata, hal itu menjadi faktor mengapa Herlina mengakui dirinya memilih mal dibandingkan tempat-tempat lainnya, apalagi jika dibandingkan untuk pergi ke tempat taman-taman terbuka misalnya.

Dalam penggunaan sosial media, Herlina dapat dikatakan banyak menggunakan sosial media. Path, Twitter, Instagram, dan Ask.FM menjadi sosial media pilihan Herlina, dan Path menjadi sosial media yang paling aktif, “Upload foto, ngerepath, trus ya liat-liat aja.” Bagi Herlina, Path digunakannya untuk update film yang sedang ditontonnya dan update tempat-tempat.
Update tempat-tempat baru dari orang lain diakui menjadi faktor untuk mengisi waktu luang, karena tempat-tempat yang ia lihat di sosial media biasanya ia kunjungi di waktu-waktu luang.


Sebagai penutup, Herlina mempunya kesan kalau fasilitas umum di Jakarta aik dari segi transportasi dan wisata, masih dirasakan kurang baik untuk mengisi waktu luang, seperti museum yang kurang menarik tadi, sehingga itulah  alasan mengapa dirinya memilih untuk berada di mall. 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 4: SATRIA ZEBUA

Nama        :Satria Zebua
Usia          :21 tahun
Status       :Belum Menikah
Domisili     :Jakarta Timur
Pekerjaan  : Mahasiswa


“Waktu dimana kita itu bisa melakukan sesuatu yang kita suka atau melakukan segala sesuatu yang belum selesai kita selesaikan di waktu luang, bahasa slanknya sih me time, waktu saya, waktu gua, kita ga ada kesibukan-kesibukan lain, gak akan diganggu dengan kesibukan-kesibukan lain.”

Satria Zebua, 20 tahun, sebagai seorang pelajar dengan jadwal yang padat mendefinisikan waktu luangnya sebagai kebebasan dalam memilih aktifitas yang ingin dilakukan. Apa saja aktifitas yang dilakukannya?

Seusai jadwal kuliahnya, Satria berbagi ceritanya dalam mengisi waktu luangnya. Hampir sama seperti informan-informan lainnya, Satria suka mengisi waktu luangnya dengan pergi bersama teman-temannya sekitaran Jakarta, berolahraga main futsal main basket, nonton TV di rumah atau duduk-duduk di Dunkin Donuts Matraman pakai Wifi ngopi-ngopi. Namun ada yang berbeda dengan informan lainnya, Satria tidak menyukai tidur, karena menurutnya tidur itu membuang waktunya dan lebih baik digunakan sebaik mungkin agar lebih berguna waktunya.

Berbicara tempat favorit, walaupun berdomisili di Jakarta Timur, Satria lebih memilih untuk mengisi waktu luangnya ke Kota Kasablanca atau Tebet sebagai pilihannya di Jakarta Selatan, lalu Kelapa Gading untuk destinasi kulinernya di Jakarta Utara, Puri di Jakarta Barat, dan Grand Indonesia untuk destinasi leisurenya di Jakarta Pusat. Mengapa tidak di Jakarta Timur? Karena menurutnya, kekurangan dari tempat-tempat di Jakarta Timur adalah karena dirasakannya tidak cocok dan tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi, juga tidak begitu disukai.
Alasan itu juga diperkuat karena Satria sendiri memiliki preferensi untuk tempat-tempat menghabiskan waktu luang adalah yang enak untuk duduk-duduk, nongkrong-nongkrong, dan enak untuk jalan-jalan, sehingga menurutnya tempat dengan kriteria seperti itu tidak tersedia di Jakarta Timur.

Selain itu, tempat-tempat yang tidak disukainya adalah yang udaranya panas, “Contohnya Taman Menteng karena walaupun itu taman, tapi pohon-pohonnya dikit.”, lanjut Satria.

Membandingkan dengan informan sebelumnya yang menyukai mall, Satria sendiri jujur kalau dirinya sudah bosan pergi ke mall, namun yang membuatnya tetap pergi ke mall adalah karena ada beberapa tempat yang tidak ada dipinggiran jalan,”Kaya Ron’s, itu kan cuma ada di Mall”. Tetapi secara perilaku, Satria tidak begitu suka berjalan-jalan keliling mall, kecuali memang sedang mencari sepatu atau baju.
Selain mall, ia juga menyukai pergi ke museum, dan yang paling diingat adalah museum Gajah. Plus-minus yang dirasakan adalah sejarahnya yang beragam untuk dilihat, hanya saja kurangnya perawatan pada museumnya, sehingga dirasa kurang nyaman, “Contohnya Gamelan, tapi berdebu, jadi kurang nyaman ngeliatnya”.
Untuk tempat-tempat makan dan kafe-kafe, Satria menyukai Citrus di Tebet, GoedKoop, Mangia, Sumoboo, dan daerah-daerah PIK juga disukainya. Namun, untuk waktu luang Satria lebih memilih untuk menggunakannya di kafe dibandingkan di museum, karena menurutnya waktu luang harus lebih bersifat untuk beristirahat. Sehingga kafe lebih cocok dirasakannya untuk keluar dari kesibukan-kesibukannya.

Bagi mahasiswa semester 7 ini, hal paling memorable di kafe adalah saat dirinya nembak pacar, dan juga saat ke museum, kejadiannya adalah jalan-jalan ke museum bersama sama pacar, “Memorablenya adalah kita sengaja nyari waktu yang pas untuk ke museum ini.” Namun kejadian memorable yang buruk pernah dialaminya adalah saat dalam perjalanan ke kafe ia ditabrak motor, “Yang seharusnya seneng-seneng malah jadi ngebetein gitu,….jadi kurang enak kurang lepas, saat ngobrol masih aja kepikiran sama si motor itu dan mobil ini.”

Berbicara waktu luang ‘colongan’, Satria mengisinya tergantung mood, apabila memang moodnya sedang ingin jalan-jalan maka ia langsung mengajak teman-temannya untuk pergi dan mengisi waktu luangnya. Biasanya waktu luang colongan ini dilakukannya dalam hari-hari libur kejepit.

Beralih topik ke waktu luang bersama keluarga, Sabtu Minggu menjadi hari pilihannya dalam mengisi waktu luang, pergi ke mall, makan, belanja-belanja, dan jalan-jalan. Namun pergi bersama teman-teman dan keluarga dirasakannya berbeda, kalau bersama teman-teman, Satria merasa bisa lebih gila-gilaan dan mengekspresikan diri, gak perlu jaim, pakaian gak perlu rapi, sedangkan bersama keluarga lebih dirasakan kurang bisa berekspresi ria. Bentuk ekspresi bersama teman-teman, diwujudkan dalam bentuk cerita-cerita, “Kalo pergi sama temen-temen kan pasti yang deket kan, jadi cerita-ceritanya lebih bebas gak perlu di filter.”
Selain itu, faktor pengeluaran juga dirasakan berbeda, “Kalo sama temen-temen harus lebih diperhatikan, kalo sama orang tua makan kan dibayarin.”

Secara pribadi, Satria lebih menyukai spend waktu luang dengan teman-teman dibandingkan dengan keluarga, karena dirasakannya lebih ada timbal-baliknya, dalam hal didengarkan dan mendengarkan. “Temen-temennya kan seumur juga, lebih bebas, lebih enak lebih nyaman, sama keluargnya walaupun nyaman, ayah dan ibu atau papa dan mama, kadang-kadang susah untuk mendengarkan, kita terus yang maunya mendengarkan, kita jarang didengarkan.”

Bersama teman-temannya, dapat dikatakan sudah banyak tempat-tempat yang dikunjungi dan paling enak dirasakannya di luar kota, mengeksplor kota itu, apa saja yang baru di kota itu, dan juga dirasakan bebas dan nyaman. Biasanya yang dicari adalah tempat yang enak untuk foto-foto, enak untuk makan-makan, dan suasana yang baru. “Karena di Jakarta itu bosen ya, tempatnya itu-itu aja, cari apa yang gak ada di Jakarta, dan pemandangan-pemandangan yang gak ada di Jakarta.”

Tambahnya, tempat itu harus bisa untuk foto-foto karena, “Foto-foto itu sudah bisa bikin momen, jadi memory kalo kita udah pernah kesana, dan juga jadi lifestyle anak muda.” Satria juga biasanya menyaring lagi foto-fotonya , karena baginya sosial media bisa dilihat siapapun, “Kalau tampang jelek, posenya memalukan itu gak diupload, tapi kalo yang bagus-bagus diupload pastinya.”
Sosial media yang aktif adalah Instagram dan Path dan yang tidak aktif lagi adalah Twitter dan Facebook. “Saya kurang suka curhat-curhat di depan umum, kalo misalnya mau lagi apa tulis di twitter rasanya kurang cocok gitu, kalo Facebook karena sekarang orang nulis status di Facebook gitu, mobile app nya juga males loadingnya kadang lama, yang diliat juga gak guna, karena temen-temen juga udah meninggalkan Facebook.” Secara umum, Path lebih sering digunakan, karena bisa upload momen, “Update itu kan salah satu cara untuk pamer, kalau tempatnya cocok untuk dipamerin pasti update buat dipamerin, contohnya tempat yang orang jarang dateng, atau belom pernah dateng, jadi kita wajib hukumnya update di tempat itu.” Tambahnya, “Puas aja gitu, nih gw udah kesini nih, sedangkan lu belom gitu.”

Untuk mengunjungi tempat-tempat yang baru biasanya dilakukan reviewing sebelumnya, searching dan bertanya ke teman yang update tempat tersebut supaya dipastikan untuk bisa sesuai dengan ekspektasi saat kesana. “Kalau terlalu jauh dari ekspektasi sih, gak mau lagi kesana, mending kita cari yang baru lagi.” Ambience, menjadi kepentingan utama dalam menentukan tempat-tempat nongkrongnya, “Mangia, itu tempatnya lucu gitu bagus tapi makanannya biasa aja, nah karena tempatnya bagus jadi enak gitu makanannya.”
Ambience itu juga dirasakan berbeda apabila partner perginya berbeda, “Kalau cari-cari tempat baru sih enaknya sama pacar, karna ya lebih dapet ambiencenya, pergi berdua bareng ketempat itu buat pertama kalinya, pergi ke tempat itu buat pertama kalinya, tapi kalo udah pernah dan enak buat rame-rame yang sama temen, tapi kalo enak berdua ya sama pacar, gitu.”

Berdasarkan kriteria, untuk bersama teman-temen, tempatnya harus fleksible buat yang merokok dan tidak, ramai, tempatnya luas, dan buat duduk-duduk dirasakan nyaman. Apabila sama pacar, harus private, tempatnya bebas rokok, dan nyaman untuk ngobrol-ngobrol. “Pernah, ke tempat yang rame ujung-ujungnya pindah ke tempat lain, dan biasanya cari lagi tempatnya jauh juga ayo, deket juga ayo, di tempat itu kita luangin dulu buat cari-cari tempat lainnya.”

Berbicara mengenai jalanan di Jakarta, “Jalanan Jakarta itu mempercepat waktu kematian seseorang, misalkan umurnya 50 tahun, bisa 25 tahun di jalanan, berkelana 3 KM bisa sampai 2 jam saking ganasnya, sekarang jalan di Jakarta harus hapal waktu.” Sebagai penutup harapannya, “Tempat-tempat sudah banyak udah rame, tempat-tempatnya udah itu-itu aja, buat dessert es krim aja udah ada sekitar 295 stores, jadi paling tempat-tempat baru, kalo bisa sih jalanannya dulu jadi gak macet baru, orang-orang jadi nyaman untuk jalan-jalan nemuin hal baru di Jakarta.”


JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 3: YOSELLA

Nama        : Yosella
Usia          : 21 tahun
Status       : Belum Menikah
Domisili    : Jakarta Utara
Pekerjaan : Professional Make Up Artist

“Pas emang itu bener-bener waktu untuk sendiri, itu waktu luang, waktu luang itu untuk mengisi energi, misalnya udah cape-cape, ya itu waktu luang… udah gak ada hubungannya sama kerja.”

Sebagai seorang Professional Make Up Artist, Yosella bercerita bagaimana dirinya mengisi waktu luang disela-sela kehidupannya yang berkaitan erat dengan jadwal klien-kliennya.
Hari-harinya kini berubah, Yosella dahulu yang cuek dengan penampilan kini mulai tampil dengan high fashion. Namun tak hanya penampilannya yang berubah, tetapi kehidupannya juga berubah, semenjak menjadi make up artist aktivitasnya dimulai dari subuh dan diakhiri subuh juga. Hal tersebut dijalaninya karena tuntutan untuk mengikuti jadwal dari klien-kliennya.  Apabila sedang bekerja di lokasi syuting, waktu luangnya sangat terbatas, hanya untuk makan dan bermain telepon genggam, itupun dilakukannya dengan terburu-buru.

Terlepas dari pekerjaannya di lokasi syuting, dalam sebulan Yosella menerima 3-4 kali telepon dari klien-kliennya. Disela-sela panggilan kliennya, Yosella mengisi waktunya dengan nonton DVD, baca komik, dan menikmati hari-harinya di rumah. Hal tersebut memang berdasarkan dirinya yang tertutup, kurang begitu suka bersosialisasi, dan kurang menyukai keramaian. “Kalaupun pergi sama temen-temen ya paling berdua bertiga, kalau ramai juga aku jadi cenderung tertutup.”

“Kalau pekerjaan aku make up artist aku suka browsing-browsing ngecek trend masa kini, karena itu pengaruh”. Pekerjaan juga menjadi faktor utama pemilihan kegiatan dalam mengisi waktu luang, karena secara pribadi Yosella sangat mendengarkan klien-kliennya, sehingga pengetahuan mengenai make up juga dicarinya dalam mengisi waktu luang. “Ada yang pengen make upnya tebel, ada yang pengen tipis, ya itu selera sih.”

Berdomisili di Pademangan, Jakarta Utara, tidak menutup dirinya untuk berkeliling Jakarta dalam hari-harinya termasuk dalam mengisi waktu luangnya. Tempat favoritnya adalah daerah Jakarta Pusat karena dirasakan nyaman dan sudah lengkap dalam satu tujuan. “Lebih sering ke GI sih.. ke Gramed, Chatime, yaa cari makanan yang lebih gimana gitu di restorannya, yang bukan junk food”. Bagi Yosella, GI lebih menarik dibandingkan dengan mall-mall lainnya karena dalam satu mall sudah lengkap, terdapat supermarket, makanannya banyak, fashion bajunya juga menengah keatas, dan suasananya enak. “Walaupun rame tapi ramenya bener-bener gak desak-desakan gitu”.

“Aku sih orangnya gak bertele-tele, kalo mau ke Gramed ya langsung ke Gramed, trus aku langsung mikir di rumah ga ada makanan ya aku beli makanan, aku ga suka muter-muter, kecuali sama temen”, tutur Yosella. Selain ke mall, Yosella juga pernah mengisi waktu luangnya dengan ke museum pameran lukisan karena ajakan temannya sesama make up artist. Ia ke museum, “Karena banyak mall, udah mulai bosen aja gitu, aku pernah ke mall ini – mall ini isinya sama aja gitu, kenapa gak ke kota tua gitu, aku dulu suka ke kota tua kan deket tuh”. 

Yosella mengakui selain hiburan dalam gedung, dirinya sebenarnya mengharapkan adanya hiburan outdoor berupa taman karena sekitarannya komplek perumahan tidak ada taman. Mimpinya, “Ada taman, ada kolam renang bersama gitu, itu bagus sih sebenarnya, bisa naik sepeda sekalian olahraga, it’s nice gitu loh maksudnya”.

Beralih ke kegiatan yang Yosella tidak sukai, apabila ia dikondisikan dalam hari libur, dirinya mengakui bahwa ia tidak suka untuk menerima kontak dari klien ataupun teman-temannya, “Kalau udah bener-bener cape, handphone aku matiin udah bodo amat.” Salah satu faktor utamanya adalah karena keberadaan internet yang mulai dirasakan mengganggu, mulai membuat lupa kalau diri kita perlu memiliki waktu luang. Salah satu momen ia sadar bahwa internet menggangu waktu luang saat dirinya sulit bertemu teman-temannya, namun saat bertemu teman-temannya sibuk dengan smartphone masing-masing, “Aku sempet airplane mode, tapi temen-temen sibuk upload foto, aku langsung bilang ini quality time, lu bisa upload nanti pas pulang.” Sehingga menurutnya, keberadaan internet atau social media dirasakan baik apabila digunakan untuk masing-masing, bukan untuk saat bersama-sama, karena pada akhirnya setiap individu akan kembali ‘beraktivitas’ masing-masing lagi.
Bersama teman-temannya, Yosella sering mengunjungi GI dan Central Park, dan menurutnya tempat yang enak adalah restoran untuk berkumpul bersama. Kriteria restoran yang diinginkannya adalah adanya dessert agar bisa nongkrong berlama-lama, dan juga bisa foto-foto. Dalam menentukan tempatnya, Yosella juga menggunakan the power of social media, ia melihat dulu review-review di Internet, bertanya mengenai kualitasnya.

Berbicara mengenai pengalaman dalam perjalanannya ke tempat-tempat tujuan, wanita 21 tahun ini menanggapi,

“Mengganggu banget sih, paling benci banget sama yang namanya macet”. Pengalaman buruknya dialami saat dirinya harus menghadiri photoshoot untuk majalah pada pukul 11 siang, ia sudah jalan dari jam 8.45 pagi namun, ia harus menunggu TransJakarta selama satu jam, semuanya penuh, dan jarang-jarang datangnya, alhasil ia telat 40 menit di lokasi photoshoot. “Rasanya aku mau marahin petugasnya, lu sebagai ini bisa gak sih on time, gw tau namanya macet tapi paling gak usahain gitu loh.” Sebenarnya sudah bukan hal yang aneh apabila jalanan Jakarta begitu macet, namun dirinya merasa kalau macet tersebut tidak ditanggulangi dengan baik, keberadaan transportasi umumpun juga dirasakan percuma, Yosella juga melanjutkan, “Ya karena itu, makanya aku jadi orang rumahan.”
Jujurnya, menurut Yosella pribadi Jakarta sudah tidak menyimpan pengalaman memorable. Menurutnya, pengalaman yang memorable lebih cocok di tempat-tempat yang tenang dan tempat itu tidak ada di Jakarta. “Jakarta gak mungkin bisa kaya gitu”, tambahnya. Namun, ia juga menambahkan, kalau pengalaman buruk lebih ia alami di jalanan, bukan di suatu tempat, “Abis kerja cape, harapannya pulang cepet tapi ternyata macet, ya itu juga bisa dibilang memorable yang buruk sih.”

Berbicara mengenai waktu luang, menurut dirinya dalam satu hari harus ada waktu luang, namun itu kembali lagi ke pribadi masing-masing, bagaimana orang itu memilih waktu luangnya. “Contohnya orang clubbing, dia pulang kerja, mandi, langsung pergi, walaupun saat pulang dia cape, tapi dia seneng, kan waktu luang untuk mencari kesenangan”.

Tetapi salah satu pengalaman membuat dirinya tidak memiliki waktu luang dalam satu minggu full, Yosella harus kerja di lokasi syuting dari subuh sampai subuh lagi, hal itu diantisipasinya dengan mengosongkan waktunya pada satu minggu berikutnya. Namun ia juga menekankan kalau dirinya, juga terkadang menjadi workaholic karena ia bekerja dalam bidang yang ia sukai. “Bisa dikatakan waktu kerja juga waktu luang, karena aku memilih jalan ini, ibaratnya kalo kerja aku gak stress, jadi enjoy, kadang aku kasian kalo liat orang kerja karena tuntutan gitu”.

Sebagai penutup, Yosella berharap macet itu bisa dikurangi, “Karena macet itu pengaruh saat sudah sampai ke tempat tujuan dari yang awalnya ingin makan sampai akhirnya lebih ingin cepat-cepat pulang karena merasa capek, makanya karena masyarakat kini sudah mulai beralih ke kendaraan umum TransJakarta, nanti juga ada monorail, aku sih jujur menanti itu banget.” 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 2: HESTI

Nama        : Hesti
Usia          : 35 tahun
Status       : Menikah
Domisili    : Jakarta Barat
Pekerjaan : Salesperson



Hesti, seorang pegawai counter makanan ringan di salah satu mall di Jakarta Barat mengakui semenjak berpisah tempat tinggal dengan teman-temannya, aktivitas waktu luangnya diisi hanya di rumah. Mengapa demikian?, Apakah yang dapat menjadi trigger bagi Hesti untuk dapat menikmati waktu luangnya keluar rumah?.

Matahari begitu terik ketika Hesti yang sudah 1 tahun berdomisili sementara di Tomang Tinggi, Jakarta Barat memulai ceritanya. Pada hari itu, ia mendapatkan shift siang, namun sekelilingnya nampak sepi. Waktu-waktu sepi seperti ini selayaknya juga dirasakan sebagai waktu luang bagi Hesti walaupun hanya sekedar duduk-duduk saja sambil memainkan telepon genggamnya.
Bagi Hesti, tidak banyak tempat di Jakarta khususnya Jakarta Barat yang ia pernah kunjungi, selain karena alasan waktu bekerja yang padat, teman-teman yang sudah tak lagi tinggal berdekatan juga menjadi penyebab utama yang membuat Hesti enggan meninggalkan kostannya. Alasannya, “Saya pernah lihat orang dirampok dijalan….”. Ya, rupanya alasan keamanan membuat Hesti enggan untuk pergi mengisi waktu luang sepeninggalan teman-temannya yang sudah berpindah ke daerah lainnya karena pekerjaan.

Sebelumnya, sewaktu ia masih bekerja di Garudafood, sepulang dari kerja, ia biasanya pergi bersama teman-temannya ke Kota Tua atau Monas untuk makan dan ngobrol hingga malam sekitar pukul 21.00. Walaupun dirasakan lelah, ia merasa waktu yang dihabiskan tersebut membuatnya lega, seakan sudah selesai bekerja untuk selamanya, walaupun pada kenyataannya ia harus tetap masuk kerja pada keesokan harinya. Hal utama yang membuatnya dapat merasa demikian adalah interaksi yang dipenuhi tawa lepas bersama teman-temannya. Tetapi sayangnya, hal tersebut sudah tidak dilakukannya lagi.

Sebenarnya Hesti masih memiliki beberapa teman disekitarnya, namun intensitas bertemunya lebih jarang. Hanya sekedar pergi membeli makan di sekitar kostannya, atau hanya sekedar ngobrol-ngobrol biasa di sore hari. Selebihnya, ia habiskan waktu luangnya di depan televisi.
Hesti sendiri mengakui, sebenarnya faktor mengapa dirinya lebih menginginkan pergi bersama teman-teman adalah keamanan dan interaksi yang lebih seru, lebih penuh tawa, dibandingkan dengan menghabiskan waktu luang sendiri. Dapat dikatakan juga, kalau Hesti adalah sosok yang harus mengisi waktu luangnya bersama teman. Hal ini berhubungan juga dengan pemilihan waktu luang menonton TV nya.

Hesti dapat menonton TV berjam-jam di kostannya apabila di hari libur atau day-off. Alasannya karena ia merasa ada teman dengan menonton TV. Acara yang dipilih untuk ditontonnyapun memang menggambarkan ‘sesosok teman’, yakni acara kuis atau terdapat permainan dalam tayangannya. Acara kuis memang terlihat lebih interaktif dibandingkan sinetron, alasan lainnya ia tidak menyukai sinetron adalah, “Gak suka, sinetron lebay, gak menghibur”.

Namun, bukan berarti Hesti sama sekali tidak pernah menikmati waktu luang. Terkadang anaknya yang berusia 5 tahun datang dari kampungnya untuk menemani dirinya. “Biasanya ke monas, saya sih duduk-duduk aja, anak saya yang jalan-jalan.” Tempat-tempat wisata yang familiar nampak menjadi pilihan bagi Hesti dan anaknya, selain monas, Kebun Binatang Ragunan menjadi pilihannya dalam mengisi waktu luang bersama anak-anaknya. Namun, setelah mengisi hari dengan berkeliling dan makan di tempat wisata tersebut, ia langsung pulang. Alasan langsung pulang adalah karena lelah dan harus bekerja di keesokan harinya. Terkadang juga ia masih mengisi sisa harinya setelah berwisata dengan menonton TV.

Waktu luang bersama anaknya ternyata tidak hanya di tempat wisata, jam-jam bekerjanya juga kadang diberikan untuk anaknya, “Kadang dibawa kerja, ya dia main-main aja gitu sendiri, saya sih duduk-duduk aja.”

Hesti memiliki pengalaman yang buruk saat sedang mengisi waktu luang dengan anaknya, “Waktu dari Ragunan ke Pondok Ranti, naik busway tapi salah turun jadi bablas, karena aku tidur, ketiduran jadi yaudah nyari mobil lagi lah”.  Namun, hal itu tidak menyebabkan dirinya kapok untuk terus berlanjut berwisata di lain harinya.

Namun diakui Hesti, dirinya lebih menyukai kerja dibandingkan bersantai-santai menikmati waktu luang, “Saya sih lebih suka kerja ya, gimana ya kalo ga kerja, rasanya dunianya sempit.” Tetapi jika dibandingkan dengan mengisi waktu luang dengan berjalan-jalan, Hesti lebih memilih untuk di rumah beristirahat, “Karena udah cape kerja, kalo udah cape gimana sih kan nyarinya istirahat.”

Di akhir interview, Hesti sebeneranya mengakui kalau sebenarnya dirinya juga merasa bosan kalau berada di kosan hanya menonton TV, jadi dapat dikatakan ia mengisi waktu luang di luar hanya jika dirinya merasa bosan di kosannya.


Berbicara mengenai liburan, Bali menjadi tempat impian bagi Hesti untuk mengisi waktu luang. Selain itu, kampung halamannya juga menjadi tempat yang lebih dirasakan memberikan kebebasan bagi dirinya dibandingkan di Jakarta, karena Jakarta baginya adalah tempat untuk dirinya bekerja. 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 1: Ami

Nama        : Ami
Usia          : 27 tahun
Status       : Belum Menikah
Domisili    : Jakarta Barat
Pekerjaan : Pramuniaga


Bagi masyarakat ibukota yang khususnya berada di Jakarta, mall menjadi destinasi utama untuk menghabiskan waktu luang. Entah dihabiskan bersama keluarga, teman-teman, bahkan tak jarang untuk me-time, yakni berjalan-jalan sendiri. Namun, hal itu biasanya dilakukan oleh mereka yang bekerja di kantoran, kuliah, atau bersekolah. Bagaimana dengan mereka yang memang sehari-harinya bekerja di mall? Apakah mall masih menarik di mata mereka?.

Pada siang hari yang terik di salah satu mall di Jakarta Barat, butik-butik nampak masih sepi pengunjung, terlihat beberapa pramuniaga sedang bersantai. Ya, dapat dikatakan mereka sedang menikmati waktu luang dikala tidak ada pengunjung dan tentunya tidak ada bos nya. Pramuniaga yang bersantai itu terlihat memainkan telepon genggamnya sambil mengenakan headset. Namanya Ami, berusia 27 tahun, berdomisili di Tomang, Jakarta Barat. Sebenarnya Ami berasal dari luar pulau Jawa, namun dirinya mengakui sudah selama 7 tahun ini tidak pulang ke kampung, sehingga dapat dikatakan kalau hari-harinya dihabiskan di Jakarta Barat. 

Ami merupakan anak kos, seperti anak kos kebanyakan, Ami lebih sering menikmati waktu luangnya dengan teman-temannya, alasannya karena kalau di tempat kos sudah sendirian, tidak mungkin kalau keluar sendirian juga. Bersama teman-temannya yang berjumlah 5 orang ini, mereka memiliki pekerjaan yang serupa namun dengan jadwal yang berbeda-beda. Sehingga dalam mengisi waktu luangnya, Ami dan teman-temannya selalu mengatur jadwal terlebih dahulu.

Kalau di Jakarta Barat, Ami suka mengisi waktu luangnya dengan pergi jalan-jalan dan makan, seperti di daerah taman seperti tongkrongan-tongkrongan, selain itu nonton di Citraland,. Namun, untuk makan-makan tersebut, Ami memilih untuk pergi ke Bekasi, macet perjalanan sudah tidak menjadi masalah.

Selain itu, Ami juga menyukai taman yang berada di dekat Central Park yang ramai sampai jam 10 malam, dan pagi-pagi biasa digunakan untuk berolahraga. Daerah Ancol yang menawarkan masakan seafood juga menjadi destinasi favoritnya dalam mengisi waktu luang. Taman Mini juga memiliki wahana yang menjadi favorit bagi Ami, yaitu SnowBay, karena biaya masuknya murah dan dapat dinikmati bersama teman-temannya.

Namun, daerah yang tidak disukai Ami adalah disuatu daerah pasar malam yang banyak ‘wanita malamnya’, terlihat seronok dan tidak pantas untuk dilalui banyak orang, karena tempat itu adalah jalan umum. Mirisnya lagi, Ami melihat juga beberapa polisi disana namun tidak ditertibkan, ia jadi merasa risih untuk melewati tempat itu lagi.

Kejadian yang pernah dialami Ami dan begitu memorable adalah kejadian lucu saat sedang berjalan dan melihat perempuan resletingnya turun, ia ingin memberi tahu ke perempuan tersebut namun ia malu dan sungkan. Selain itu, saat perjalanan pergi juga pernah ditahan polisi, namun berhasil lolos karena pacarnya mengancam polisi tersebut. Lalu, ada pengalaman saat makan di Bekasi, tiba-tiba ada yang berkelahi, Ami langsung meninggalkan tempat tersebut, namun tidak dirasakan ada after-effectnya menjadi takut ataupun trauma.

Hal menyebalkan lainnya bagi Ami adalah saat makan di Ancol, ia menunggu selama 1 jam untuk menyantap makanannya, ia langsung merasa ilfeel dan merasa hal itu menjadi masalah baginya.

Selain berpergian, Ami juga kadang menggunakannya untuk tidur, menghubungi keluarga, menghubungi pacar, dan kadang juga mengisi waktu luangnya dengan berjualan. Berjualan diakuinya lebih dirasakan menjadi waktu luang baginya dibandingkan waktu-waktu tidak produktifnya di toko. Karena bisa sampai 1-2 jam kosong duduk-duduk saja. Waktu kosong tersebut biasa diisinya dengan main game, ngobrol-ngobrol, dan bercanda. Namun, tetap saja Ami tidak merasa bermain game itu menjadi waktu luang, karena seringkali terpotong dengan customer yang datang.

Menjadi pramuniaga tidak membatasi Ami untuk berkeliling di mall dikala sepi customer, namun Ia juga merasa enggan untuk berjalan-jalan di mall, merasa malas karena memang kesehariannya disitu.

Ami merasa mall bukan lagi menjadi hiburan baginya, begitu kontras dengan perilaku masyarakat ibukota yang diketahui selama ini. Ia merasa malas, yang dilihat itu-itu saja. Terlebih lagi karena bekerja di mall, Ami sampai mengatakan, “Bete loh, Mbak ke Mall, apalagi kalau ramai.” Hal tersebut dipicu lagi karena memang pekerjaannya dari dulu selalu dilakukannya mall.Maka dari itu Ami, jadi menyukai taman, lingkungan terbuka. Mall sudah dianggapnya bukan hiburan lagi, “Kadang liat customer dari buka toko, gak jenuh apa dari pagi di mall. Mall dimanapun sama aja, mau di PI dimanapun, namanya mall ya gitu-gitu aja”. Bahkan, berbelanjapun juga sudah bukan hiburan untuk Ami, karena sehari-harinya dipenuhi transaksi berbelanja walaupun bukan dilakukan oleh dirinya, seperti yang dinyatakan Ami, “Paling beli baju satu udah.”. “Jalan-jalan ke mall ke tempat kerja ini lagi-ini lagi, kayanya disuruh ke atas aja malas.”, hal ini menjadi respon Ami mengenai window shopping. Window shopping dirasakan sudah bukan hiburan lagi baginya.

Saat Ami memiliki waktu luang di kostannya, ia sangat tidak menyukai mencuci, ia lebih memilih untuk tidur. Saat libur ditelpon untuk masuk kerja juga sangat tidak disukainya. Bahkan ia pernah membatalkan janji dengan teman-temannya hanya karena ditelpon untuk menjadi back-up.

Lalu, apa yang disukai Ami dalam mengisi waktu luang kalau mall sudah bukan menjadi destinasi pilihan baginya?

Dalam hal experience, Ami menyukai tempat-tempat terbuka karena bisa tertawa lepas dengan teman-teman, ramai, dan bisa refreshing. “Apalagi kalau di Waterbom bisa ketawa lepas, ngakak-ngakak bareng walaupun sebentar, masalah rasanya hilang.”, kata Ami. Tempat terbuka yang disukai adalah tempat sejenis thematic waterpark, ia bisa menghabiskan waktu sampai 6 jam disana, 6 jam dihabiskannya untuk berenang, main-main, ngobrol, makan, lalu berenang lagi sampai sore.

Selain thematic waterpark, Ami juga menyukai Monas, hal yang disukainya adalah experience naik bajaj. “Naik bajaj enak loh, Mbak, seru, ngakak, iya dong, Mbak menghibur banget naik bajaj sama temen-temen.”
Untuk tempat kuliner, Ami menyukai ikan bakar di daerah Marunda. Ia menyukai tempat itu karena terbuka dekat dengan laut, ia dapat melihat proses pemasakan ikannya, bahkan memilih sendiri ikannya. Untuk mengunjungi tempat ini, Ami memilih untuk mengunjunginya pada sore atau malam hari, karena selain cuacanya yang panas pada siang hari, perjalanannya juga mengganggu, karena letaknya yang berada dekat dengan daerah industri, menyebabkan banyak kendaraan besar yang membahayakan.

Namun, tempat terbuka juga tidak semuanya disukai Ami, ia tidak menyukai konser-konser musik, karena tidak tertarik.

Dalam menghabiskan waktunya, Ami harus bersama teman-temannya, janjian, saling menunggu. Menurutnya, tempat-tempat pariwisata sangat tidak cocok untuk sendirian, berbeda dengan mall yang menurutnya sangat wajar untuk pergi sendirian. “Iya, buat apa pergi ke tempat pariwisata sendirian, yang ada bengong-bengong entar bete lagi.”, tuturnya.

Tempat terbuka yang dikunjunginya begitu didrive karena promo-promo yang ditawarkannya dan melalui info-info di internet. Tetapi, kalau promo tersebut tidak ada ia tetap tidak keberatan untuk mengunjunginya dan membayar biaya masuknya.
Untuk Ami, tempat dan kehadiran teman-temannya sangat penting, terlebih lagi dalam suatu tempat wisata dengan wahana-wahana yang dapat dicobanya. Kepuasaannya dirasakan saat ia melihat wahana tersebut di TV dan sudah pernah ia coba.

Berbicara perjalanan menuju destinasinya, Ami merasakan perjalanan kadang memberikan pengalaman menyebalkan, karena macet dan banyak kecelakaan di jalan. Namun, hal itu tidak mempengaruhi perasaannya saat sudah sampai di tempat tujuan.
Berbicara mengenai waktunya bersama keluarga, Ami mengakui kalau sebenarnya waktu luangnya dirasakan berharga apabila dihabiskan dengan keluarganya, namun karena keluarganya berada jauh di luar pulau Jawa, maka ia menyatakan, via telpon juga sudah menjadi quality time dengan keluarganya.

Salah satunya waktu luang dengan keluarganya adalah bersama kakaknya, kakaknya tinggal di Bogor. Biasanya ia menginap, bermain dengan keponakan, “Tidak selamanya kita sama teman juga kan, pasti ada waktu sama keluarga.” Bagaimanapun buat Ami, waktu bersama keponakannya lebih dinikmatinya dibandingkan dengan teman-temannya. Walaupun Ami hanya melihat keponakannya menikmati wahana bermainnya.
Salah satu tempat yang disukai untuk dikunjungi bersama keluarganya adalah Kebun Jambu di daerah Bogor, tempat tersebut disukainya karena murah, dapat memetik buah-buahannya. Ami mengetahui tempat ini dari teman-temannya yang menceritakannya.


Didasari kesukaannya pada area outdoor, Ami menyarankan untuk adanya area taman yang difungsikan untuk menikmati sore hari dan ditutup pada pukul 22.00. Karena taman seperti itu dibutuhkan untuk ada di Jakarta, diperbolehkan bagi para pedagang juga, supaya menjadi wahana yang murah namun tetap