Monday, September 29, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 3: YOSELLA

Nama        : Yosella
Usia          : 21 tahun
Status       : Belum Menikah
Domisili    : Jakarta Utara
Pekerjaan : Professional Make Up Artist

“Pas emang itu bener-bener waktu untuk sendiri, itu waktu luang, waktu luang itu untuk mengisi energi, misalnya udah cape-cape, ya itu waktu luang… udah gak ada hubungannya sama kerja.”

Sebagai seorang Professional Make Up Artist, Yosella bercerita bagaimana dirinya mengisi waktu luang disela-sela kehidupannya yang berkaitan erat dengan jadwal klien-kliennya.
Hari-harinya kini berubah, Yosella dahulu yang cuek dengan penampilan kini mulai tampil dengan high fashion. Namun tak hanya penampilannya yang berubah, tetapi kehidupannya juga berubah, semenjak menjadi make up artist aktivitasnya dimulai dari subuh dan diakhiri subuh juga. Hal tersebut dijalaninya karena tuntutan untuk mengikuti jadwal dari klien-kliennya.  Apabila sedang bekerja di lokasi syuting, waktu luangnya sangat terbatas, hanya untuk makan dan bermain telepon genggam, itupun dilakukannya dengan terburu-buru.

Terlepas dari pekerjaannya di lokasi syuting, dalam sebulan Yosella menerima 3-4 kali telepon dari klien-kliennya. Disela-sela panggilan kliennya, Yosella mengisi waktunya dengan nonton DVD, baca komik, dan menikmati hari-harinya di rumah. Hal tersebut memang berdasarkan dirinya yang tertutup, kurang begitu suka bersosialisasi, dan kurang menyukai keramaian. “Kalaupun pergi sama temen-temen ya paling berdua bertiga, kalau ramai juga aku jadi cenderung tertutup.”

“Kalau pekerjaan aku make up artist aku suka browsing-browsing ngecek trend masa kini, karena itu pengaruh”. Pekerjaan juga menjadi faktor utama pemilihan kegiatan dalam mengisi waktu luang, karena secara pribadi Yosella sangat mendengarkan klien-kliennya, sehingga pengetahuan mengenai make up juga dicarinya dalam mengisi waktu luang. “Ada yang pengen make upnya tebel, ada yang pengen tipis, ya itu selera sih.”

Berdomisili di Pademangan, Jakarta Utara, tidak menutup dirinya untuk berkeliling Jakarta dalam hari-harinya termasuk dalam mengisi waktu luangnya. Tempat favoritnya adalah daerah Jakarta Pusat karena dirasakan nyaman dan sudah lengkap dalam satu tujuan. “Lebih sering ke GI sih.. ke Gramed, Chatime, yaa cari makanan yang lebih gimana gitu di restorannya, yang bukan junk food”. Bagi Yosella, GI lebih menarik dibandingkan dengan mall-mall lainnya karena dalam satu mall sudah lengkap, terdapat supermarket, makanannya banyak, fashion bajunya juga menengah keatas, dan suasananya enak. “Walaupun rame tapi ramenya bener-bener gak desak-desakan gitu”.

“Aku sih orangnya gak bertele-tele, kalo mau ke Gramed ya langsung ke Gramed, trus aku langsung mikir di rumah ga ada makanan ya aku beli makanan, aku ga suka muter-muter, kecuali sama temen”, tutur Yosella. Selain ke mall, Yosella juga pernah mengisi waktu luangnya dengan ke museum pameran lukisan karena ajakan temannya sesama make up artist. Ia ke museum, “Karena banyak mall, udah mulai bosen aja gitu, aku pernah ke mall ini – mall ini isinya sama aja gitu, kenapa gak ke kota tua gitu, aku dulu suka ke kota tua kan deket tuh”. 

Yosella mengakui selain hiburan dalam gedung, dirinya sebenarnya mengharapkan adanya hiburan outdoor berupa taman karena sekitarannya komplek perumahan tidak ada taman. Mimpinya, “Ada taman, ada kolam renang bersama gitu, itu bagus sih sebenarnya, bisa naik sepeda sekalian olahraga, it’s nice gitu loh maksudnya”.

Beralih ke kegiatan yang Yosella tidak sukai, apabila ia dikondisikan dalam hari libur, dirinya mengakui bahwa ia tidak suka untuk menerima kontak dari klien ataupun teman-temannya, “Kalau udah bener-bener cape, handphone aku matiin udah bodo amat.” Salah satu faktor utamanya adalah karena keberadaan internet yang mulai dirasakan mengganggu, mulai membuat lupa kalau diri kita perlu memiliki waktu luang. Salah satu momen ia sadar bahwa internet menggangu waktu luang saat dirinya sulit bertemu teman-temannya, namun saat bertemu teman-temannya sibuk dengan smartphone masing-masing, “Aku sempet airplane mode, tapi temen-temen sibuk upload foto, aku langsung bilang ini quality time, lu bisa upload nanti pas pulang.” Sehingga menurutnya, keberadaan internet atau social media dirasakan baik apabila digunakan untuk masing-masing, bukan untuk saat bersama-sama, karena pada akhirnya setiap individu akan kembali ‘beraktivitas’ masing-masing lagi.
Bersama teman-temannya, Yosella sering mengunjungi GI dan Central Park, dan menurutnya tempat yang enak adalah restoran untuk berkumpul bersama. Kriteria restoran yang diinginkannya adalah adanya dessert agar bisa nongkrong berlama-lama, dan juga bisa foto-foto. Dalam menentukan tempatnya, Yosella juga menggunakan the power of social media, ia melihat dulu review-review di Internet, bertanya mengenai kualitasnya.

Berbicara mengenai pengalaman dalam perjalanannya ke tempat-tempat tujuan, wanita 21 tahun ini menanggapi,

“Mengganggu banget sih, paling benci banget sama yang namanya macet”. Pengalaman buruknya dialami saat dirinya harus menghadiri photoshoot untuk majalah pada pukul 11 siang, ia sudah jalan dari jam 8.45 pagi namun, ia harus menunggu TransJakarta selama satu jam, semuanya penuh, dan jarang-jarang datangnya, alhasil ia telat 40 menit di lokasi photoshoot. “Rasanya aku mau marahin petugasnya, lu sebagai ini bisa gak sih on time, gw tau namanya macet tapi paling gak usahain gitu loh.” Sebenarnya sudah bukan hal yang aneh apabila jalanan Jakarta begitu macet, namun dirinya merasa kalau macet tersebut tidak ditanggulangi dengan baik, keberadaan transportasi umumpun juga dirasakan percuma, Yosella juga melanjutkan, “Ya karena itu, makanya aku jadi orang rumahan.”
Jujurnya, menurut Yosella pribadi Jakarta sudah tidak menyimpan pengalaman memorable. Menurutnya, pengalaman yang memorable lebih cocok di tempat-tempat yang tenang dan tempat itu tidak ada di Jakarta. “Jakarta gak mungkin bisa kaya gitu”, tambahnya. Namun, ia juga menambahkan, kalau pengalaman buruk lebih ia alami di jalanan, bukan di suatu tempat, “Abis kerja cape, harapannya pulang cepet tapi ternyata macet, ya itu juga bisa dibilang memorable yang buruk sih.”

Berbicara mengenai waktu luang, menurut dirinya dalam satu hari harus ada waktu luang, namun itu kembali lagi ke pribadi masing-masing, bagaimana orang itu memilih waktu luangnya. “Contohnya orang clubbing, dia pulang kerja, mandi, langsung pergi, walaupun saat pulang dia cape, tapi dia seneng, kan waktu luang untuk mencari kesenangan”.

Tetapi salah satu pengalaman membuat dirinya tidak memiliki waktu luang dalam satu minggu full, Yosella harus kerja di lokasi syuting dari subuh sampai subuh lagi, hal itu diantisipasinya dengan mengosongkan waktunya pada satu minggu berikutnya. Namun ia juga menekankan kalau dirinya, juga terkadang menjadi workaholic karena ia bekerja dalam bidang yang ia sukai. “Bisa dikatakan waktu kerja juga waktu luang, karena aku memilih jalan ini, ibaratnya kalo kerja aku gak stress, jadi enjoy, kadang aku kasian kalo liat orang kerja karena tuntutan gitu”.

Sebagai penutup, Yosella berharap macet itu bisa dikurangi, “Karena macet itu pengaruh saat sudah sampai ke tempat tujuan dari yang awalnya ingin makan sampai akhirnya lebih ingin cepat-cepat pulang karena merasa capek, makanya karena masyarakat kini sudah mulai beralih ke kendaraan umum TransJakarta, nanti juga ada monorail, aku sih jujur menanti itu banget.” 

No comments:

Post a Comment