Usia : 21 tahun
Status : Belum Menikah
Domisili : Jakarta Utara
Pekerjaan : Professional Make Up Artist
“Pas
emang itu bener-bener waktu untuk sendiri, itu waktu luang, waktu luang itu
untuk mengisi energi, misalnya udah cape-cape, ya itu waktu luang… udah gak ada
hubungannya sama kerja.”
Sebagai seorang Professional Make
Up Artist, Yosella bercerita bagaimana dirinya mengisi waktu luang disela-sela
kehidupannya yang berkaitan erat dengan jadwal klien-kliennya.
Hari-harinya kini berubah, Yosella
dahulu yang cuek dengan penampilan kini mulai tampil dengan high fashion. Namun tak hanya
penampilannya yang berubah, tetapi kehidupannya juga berubah, semenjak menjadi
make up artist aktivitasnya dimulai dari subuh dan diakhiri subuh juga. Hal
tersebut dijalaninya karena tuntutan untuk mengikuti jadwal dari
klien-kliennya. Apabila sedang bekerja
di lokasi syuting, waktu luangnya sangat terbatas, hanya untuk makan dan
bermain telepon genggam, itupun dilakukannya dengan terburu-buru.
Terlepas dari pekerjaannya di
lokasi syuting, dalam sebulan Yosella menerima 3-4 kali telepon dari
klien-kliennya. Disela-sela panggilan kliennya, Yosella mengisi waktunya dengan
nonton DVD, baca komik, dan menikmati hari-harinya di rumah. Hal tersebut
memang berdasarkan dirinya yang tertutup, kurang begitu suka bersosialisasi, dan
kurang menyukai keramaian. “Kalaupun pergi sama temen-temen ya paling berdua
bertiga, kalau ramai juga aku jadi cenderung tertutup.”
“Kalau pekerjaan aku make up artist
aku suka browsing-browsing ngecek trend masa kini, karena itu pengaruh”.
Pekerjaan juga menjadi faktor utama pemilihan kegiatan dalam mengisi waktu
luang, karena secara pribadi Yosella sangat mendengarkan klien-kliennya,
sehingga pengetahuan mengenai make up juga dicarinya dalam mengisi waktu luang.
“Ada yang pengen make upnya tebel, ada yang pengen tipis, ya itu selera sih.”
Berdomisili di Pademangan, Jakarta
Utara, tidak menutup dirinya untuk berkeliling Jakarta dalam hari-harinya
termasuk dalam mengisi waktu luangnya. Tempat favoritnya adalah daerah Jakarta
Pusat karena dirasakan nyaman dan sudah lengkap dalam satu tujuan. “Lebih
sering ke GI sih.. ke Gramed, Chatime, yaa cari makanan yang lebih gimana gitu
di restorannya, yang bukan junk food”. Bagi Yosella, GI lebih menarik
dibandingkan dengan mall-mall lainnya karena dalam satu mall sudah lengkap,
terdapat supermarket, makanannya banyak, fashion bajunya juga menengah keatas,
dan suasananya enak. “Walaupun rame tapi ramenya bener-bener gak desak-desakan
gitu”.
“Aku sih orangnya gak bertele-tele,
kalo mau ke Gramed ya langsung ke Gramed, trus aku langsung mikir di rumah ga
ada makanan ya aku beli makanan, aku ga suka muter-muter, kecuali sama temen”,
tutur Yosella. Selain ke mall, Yosella juga pernah mengisi waktu luangnya
dengan ke museum pameran lukisan karena ajakan temannya sesama make up artist.
Ia ke museum, “Karena banyak mall, udah mulai bosen aja gitu, aku pernah ke
mall ini – mall ini isinya sama aja gitu, kenapa gak ke kota tua gitu, aku dulu
suka ke kota tua kan deket tuh”.
Yosella mengakui selain hiburan
dalam gedung, dirinya sebenarnya mengharapkan adanya hiburan outdoor berupa taman karena sekitarannya
komplek perumahan tidak ada taman. Mimpinya, “Ada taman, ada kolam renang
bersama gitu, itu bagus sih sebenarnya, bisa naik sepeda sekalian olahraga,
it’s nice gitu loh maksudnya”.
Beralih ke kegiatan yang Yosella
tidak sukai, apabila ia dikondisikan dalam hari libur, dirinya mengakui bahwa
ia tidak suka untuk menerima kontak dari klien ataupun teman-temannya, “Kalau
udah bener-bener cape, handphone aku matiin udah bodo amat.” Salah satu faktor
utamanya adalah karena keberadaan internet yang mulai dirasakan mengganggu,
mulai membuat lupa kalau diri kita perlu memiliki waktu luang. Salah satu momen
ia sadar bahwa internet menggangu waktu luang saat dirinya sulit bertemu
teman-temannya, namun saat bertemu teman-temannya sibuk dengan smartphone masing-masing, “Aku sempet
airplane mode, tapi temen-temen sibuk upload foto, aku langsung bilang ini
quality time, lu bisa upload nanti pas pulang.” Sehingga menurutnya, keberadaan
internet atau social media dirasakan baik apabila digunakan untuk
masing-masing, bukan untuk saat bersama-sama, karena pada akhirnya setiap
individu akan kembali ‘beraktivitas’ masing-masing lagi.
Bersama teman-temannya, Yosella
sering mengunjungi GI dan Central Park, dan menurutnya tempat yang enak adalah
restoran untuk berkumpul bersama. Kriteria restoran yang diinginkannya adalah
adanya dessert agar bisa nongkrong berlama-lama, dan juga bisa foto-foto. Dalam
menentukan tempatnya, Yosella juga menggunakan the power of social media, ia melihat dulu review-review di
Internet, bertanya mengenai kualitasnya.
Berbicara mengenai pengalaman dalam
perjalanannya ke tempat-tempat tujuan, wanita 21 tahun ini menanggapi,
“Mengganggu banget sih, paling
benci banget sama yang namanya macet”. Pengalaman buruknya dialami saat dirinya
harus menghadiri photoshoot untuk
majalah pada pukul 11 siang, ia sudah jalan dari jam 8.45 pagi namun, ia harus
menunggu TransJakarta selama satu jam, semuanya penuh, dan jarang-jarang
datangnya, alhasil ia telat 40 menit di lokasi photoshoot. “Rasanya aku mau marahin petugasnya, lu sebagai ini
bisa gak sih on time, gw tau namanya macet tapi paling gak usahain gitu loh.”
Sebenarnya sudah bukan hal yang aneh apabila jalanan Jakarta begitu macet,
namun dirinya merasa kalau macet tersebut tidak ditanggulangi dengan baik,
keberadaan transportasi umumpun juga dirasakan percuma, Yosella juga
melanjutkan, “Ya karena itu, makanya aku jadi orang rumahan.”
Jujurnya, menurut Yosella pribadi
Jakarta sudah tidak menyimpan pengalaman memorable. Menurutnya, pengalaman yang
memorable lebih cocok di tempat-tempat yang tenang dan tempat itu tidak ada di
Jakarta. “Jakarta gak mungkin bisa kaya gitu”, tambahnya. Namun, ia juga
menambahkan, kalau pengalaman buruk lebih ia alami di jalanan, bukan di suatu
tempat, “Abis kerja cape, harapannya pulang cepet tapi ternyata macet, ya itu
juga bisa dibilang memorable yang buruk sih.”
Berbicara mengenai waktu luang, menurut
dirinya dalam satu hari harus ada waktu luang, namun itu kembali lagi ke
pribadi masing-masing, bagaimana orang itu memilih waktu luangnya. “Contohnya
orang clubbing, dia pulang kerja, mandi, langsung pergi, walaupun saat pulang
dia cape, tapi dia seneng, kan waktu luang untuk mencari kesenangan”.
Tetapi salah satu pengalaman
membuat dirinya tidak memiliki waktu luang dalam satu minggu full, Yosella
harus kerja di lokasi syuting dari subuh sampai subuh lagi, hal itu
diantisipasinya dengan mengosongkan waktunya pada satu minggu berikutnya. Namun
ia juga menekankan kalau dirinya, juga terkadang menjadi workaholic karena ia bekerja dalam bidang yang ia sukai. “Bisa
dikatakan waktu kerja juga waktu luang, karena aku memilih jalan ini, ibaratnya
kalo kerja aku gak stress, jadi enjoy, kadang aku kasian kalo liat orang kerja
karena tuntutan gitu”.
Sebagai penutup, Yosella berharap
macet itu bisa dikurangi, “Karena macet itu pengaruh saat sudah sampai ke
tempat tujuan dari yang awalnya ingin makan sampai akhirnya lebih ingin
cepat-cepat pulang karena merasa capek, makanya karena masyarakat kini sudah
mulai beralih ke kendaraan umum TransJakarta, nanti juga ada monorail, aku sih
jujur menanti itu banget.”
No comments:
Post a Comment