Monday, September 29, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 4: SATRIA ZEBUA

Nama        :Satria Zebua
Usia          :21 tahun
Status       :Belum Menikah
Domisili     :Jakarta Timur
Pekerjaan  : Mahasiswa


“Waktu dimana kita itu bisa melakukan sesuatu yang kita suka atau melakukan segala sesuatu yang belum selesai kita selesaikan di waktu luang, bahasa slanknya sih me time, waktu saya, waktu gua, kita ga ada kesibukan-kesibukan lain, gak akan diganggu dengan kesibukan-kesibukan lain.”

Satria Zebua, 20 tahun, sebagai seorang pelajar dengan jadwal yang padat mendefinisikan waktu luangnya sebagai kebebasan dalam memilih aktifitas yang ingin dilakukan. Apa saja aktifitas yang dilakukannya?

Seusai jadwal kuliahnya, Satria berbagi ceritanya dalam mengisi waktu luangnya. Hampir sama seperti informan-informan lainnya, Satria suka mengisi waktu luangnya dengan pergi bersama teman-temannya sekitaran Jakarta, berolahraga main futsal main basket, nonton TV di rumah atau duduk-duduk di Dunkin Donuts Matraman pakai Wifi ngopi-ngopi. Namun ada yang berbeda dengan informan lainnya, Satria tidak menyukai tidur, karena menurutnya tidur itu membuang waktunya dan lebih baik digunakan sebaik mungkin agar lebih berguna waktunya.

Berbicara tempat favorit, walaupun berdomisili di Jakarta Timur, Satria lebih memilih untuk mengisi waktu luangnya ke Kota Kasablanca atau Tebet sebagai pilihannya di Jakarta Selatan, lalu Kelapa Gading untuk destinasi kulinernya di Jakarta Utara, Puri di Jakarta Barat, dan Grand Indonesia untuk destinasi leisurenya di Jakarta Pusat. Mengapa tidak di Jakarta Timur? Karena menurutnya, kekurangan dari tempat-tempat di Jakarta Timur adalah karena dirasakannya tidak cocok dan tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi, juga tidak begitu disukai.
Alasan itu juga diperkuat karena Satria sendiri memiliki preferensi untuk tempat-tempat menghabiskan waktu luang adalah yang enak untuk duduk-duduk, nongkrong-nongkrong, dan enak untuk jalan-jalan, sehingga menurutnya tempat dengan kriteria seperti itu tidak tersedia di Jakarta Timur.

Selain itu, tempat-tempat yang tidak disukainya adalah yang udaranya panas, “Contohnya Taman Menteng karena walaupun itu taman, tapi pohon-pohonnya dikit.”, lanjut Satria.

Membandingkan dengan informan sebelumnya yang menyukai mall, Satria sendiri jujur kalau dirinya sudah bosan pergi ke mall, namun yang membuatnya tetap pergi ke mall adalah karena ada beberapa tempat yang tidak ada dipinggiran jalan,”Kaya Ron’s, itu kan cuma ada di Mall”. Tetapi secara perilaku, Satria tidak begitu suka berjalan-jalan keliling mall, kecuali memang sedang mencari sepatu atau baju.
Selain mall, ia juga menyukai pergi ke museum, dan yang paling diingat adalah museum Gajah. Plus-minus yang dirasakan adalah sejarahnya yang beragam untuk dilihat, hanya saja kurangnya perawatan pada museumnya, sehingga dirasa kurang nyaman, “Contohnya Gamelan, tapi berdebu, jadi kurang nyaman ngeliatnya”.
Untuk tempat-tempat makan dan kafe-kafe, Satria menyukai Citrus di Tebet, GoedKoop, Mangia, Sumoboo, dan daerah-daerah PIK juga disukainya. Namun, untuk waktu luang Satria lebih memilih untuk menggunakannya di kafe dibandingkan di museum, karena menurutnya waktu luang harus lebih bersifat untuk beristirahat. Sehingga kafe lebih cocok dirasakannya untuk keluar dari kesibukan-kesibukannya.

Bagi mahasiswa semester 7 ini, hal paling memorable di kafe adalah saat dirinya nembak pacar, dan juga saat ke museum, kejadiannya adalah jalan-jalan ke museum bersama sama pacar, “Memorablenya adalah kita sengaja nyari waktu yang pas untuk ke museum ini.” Namun kejadian memorable yang buruk pernah dialaminya adalah saat dalam perjalanan ke kafe ia ditabrak motor, “Yang seharusnya seneng-seneng malah jadi ngebetein gitu,….jadi kurang enak kurang lepas, saat ngobrol masih aja kepikiran sama si motor itu dan mobil ini.”

Berbicara waktu luang ‘colongan’, Satria mengisinya tergantung mood, apabila memang moodnya sedang ingin jalan-jalan maka ia langsung mengajak teman-temannya untuk pergi dan mengisi waktu luangnya. Biasanya waktu luang colongan ini dilakukannya dalam hari-hari libur kejepit.

Beralih topik ke waktu luang bersama keluarga, Sabtu Minggu menjadi hari pilihannya dalam mengisi waktu luang, pergi ke mall, makan, belanja-belanja, dan jalan-jalan. Namun pergi bersama teman-teman dan keluarga dirasakannya berbeda, kalau bersama teman-teman, Satria merasa bisa lebih gila-gilaan dan mengekspresikan diri, gak perlu jaim, pakaian gak perlu rapi, sedangkan bersama keluarga lebih dirasakan kurang bisa berekspresi ria. Bentuk ekspresi bersama teman-teman, diwujudkan dalam bentuk cerita-cerita, “Kalo pergi sama temen-temen kan pasti yang deket kan, jadi cerita-ceritanya lebih bebas gak perlu di filter.”
Selain itu, faktor pengeluaran juga dirasakan berbeda, “Kalo sama temen-temen harus lebih diperhatikan, kalo sama orang tua makan kan dibayarin.”

Secara pribadi, Satria lebih menyukai spend waktu luang dengan teman-teman dibandingkan dengan keluarga, karena dirasakannya lebih ada timbal-baliknya, dalam hal didengarkan dan mendengarkan. “Temen-temennya kan seumur juga, lebih bebas, lebih enak lebih nyaman, sama keluargnya walaupun nyaman, ayah dan ibu atau papa dan mama, kadang-kadang susah untuk mendengarkan, kita terus yang maunya mendengarkan, kita jarang didengarkan.”

Bersama teman-temannya, dapat dikatakan sudah banyak tempat-tempat yang dikunjungi dan paling enak dirasakannya di luar kota, mengeksplor kota itu, apa saja yang baru di kota itu, dan juga dirasakan bebas dan nyaman. Biasanya yang dicari adalah tempat yang enak untuk foto-foto, enak untuk makan-makan, dan suasana yang baru. “Karena di Jakarta itu bosen ya, tempatnya itu-itu aja, cari apa yang gak ada di Jakarta, dan pemandangan-pemandangan yang gak ada di Jakarta.”

Tambahnya, tempat itu harus bisa untuk foto-foto karena, “Foto-foto itu sudah bisa bikin momen, jadi memory kalo kita udah pernah kesana, dan juga jadi lifestyle anak muda.” Satria juga biasanya menyaring lagi foto-fotonya , karena baginya sosial media bisa dilihat siapapun, “Kalau tampang jelek, posenya memalukan itu gak diupload, tapi kalo yang bagus-bagus diupload pastinya.”
Sosial media yang aktif adalah Instagram dan Path dan yang tidak aktif lagi adalah Twitter dan Facebook. “Saya kurang suka curhat-curhat di depan umum, kalo misalnya mau lagi apa tulis di twitter rasanya kurang cocok gitu, kalo Facebook karena sekarang orang nulis status di Facebook gitu, mobile app nya juga males loadingnya kadang lama, yang diliat juga gak guna, karena temen-temen juga udah meninggalkan Facebook.” Secara umum, Path lebih sering digunakan, karena bisa upload momen, “Update itu kan salah satu cara untuk pamer, kalau tempatnya cocok untuk dipamerin pasti update buat dipamerin, contohnya tempat yang orang jarang dateng, atau belom pernah dateng, jadi kita wajib hukumnya update di tempat itu.” Tambahnya, “Puas aja gitu, nih gw udah kesini nih, sedangkan lu belom gitu.”

Untuk mengunjungi tempat-tempat yang baru biasanya dilakukan reviewing sebelumnya, searching dan bertanya ke teman yang update tempat tersebut supaya dipastikan untuk bisa sesuai dengan ekspektasi saat kesana. “Kalau terlalu jauh dari ekspektasi sih, gak mau lagi kesana, mending kita cari yang baru lagi.” Ambience, menjadi kepentingan utama dalam menentukan tempat-tempat nongkrongnya, “Mangia, itu tempatnya lucu gitu bagus tapi makanannya biasa aja, nah karena tempatnya bagus jadi enak gitu makanannya.”
Ambience itu juga dirasakan berbeda apabila partner perginya berbeda, “Kalau cari-cari tempat baru sih enaknya sama pacar, karna ya lebih dapet ambiencenya, pergi berdua bareng ketempat itu buat pertama kalinya, pergi ke tempat itu buat pertama kalinya, tapi kalo udah pernah dan enak buat rame-rame yang sama temen, tapi kalo enak berdua ya sama pacar, gitu.”

Berdasarkan kriteria, untuk bersama teman-temen, tempatnya harus fleksible buat yang merokok dan tidak, ramai, tempatnya luas, dan buat duduk-duduk dirasakan nyaman. Apabila sama pacar, harus private, tempatnya bebas rokok, dan nyaman untuk ngobrol-ngobrol. “Pernah, ke tempat yang rame ujung-ujungnya pindah ke tempat lain, dan biasanya cari lagi tempatnya jauh juga ayo, deket juga ayo, di tempat itu kita luangin dulu buat cari-cari tempat lainnya.”

Berbicara mengenai jalanan di Jakarta, “Jalanan Jakarta itu mempercepat waktu kematian seseorang, misalkan umurnya 50 tahun, bisa 25 tahun di jalanan, berkelana 3 KM bisa sampai 2 jam saking ganasnya, sekarang jalan di Jakarta harus hapal waktu.” Sebagai penutup harapannya, “Tempat-tempat sudah banyak udah rame, tempat-tempatnya udah itu-itu aja, buat dessert es krim aja udah ada sekitar 295 stores, jadi paling tempat-tempat baru, kalo bisa sih jalanannya dulu jadi gak macet baru, orang-orang jadi nyaman untuk jalan-jalan nemuin hal baru di Jakarta.”


JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 3: YOSELLA

Nama        : Yosella
Usia          : 21 tahun
Status       : Belum Menikah
Domisili    : Jakarta Utara
Pekerjaan : Professional Make Up Artist

“Pas emang itu bener-bener waktu untuk sendiri, itu waktu luang, waktu luang itu untuk mengisi energi, misalnya udah cape-cape, ya itu waktu luang… udah gak ada hubungannya sama kerja.”

Sebagai seorang Professional Make Up Artist, Yosella bercerita bagaimana dirinya mengisi waktu luang disela-sela kehidupannya yang berkaitan erat dengan jadwal klien-kliennya.
Hari-harinya kini berubah, Yosella dahulu yang cuek dengan penampilan kini mulai tampil dengan high fashion. Namun tak hanya penampilannya yang berubah, tetapi kehidupannya juga berubah, semenjak menjadi make up artist aktivitasnya dimulai dari subuh dan diakhiri subuh juga. Hal tersebut dijalaninya karena tuntutan untuk mengikuti jadwal dari klien-kliennya.  Apabila sedang bekerja di lokasi syuting, waktu luangnya sangat terbatas, hanya untuk makan dan bermain telepon genggam, itupun dilakukannya dengan terburu-buru.

Terlepas dari pekerjaannya di lokasi syuting, dalam sebulan Yosella menerima 3-4 kali telepon dari klien-kliennya. Disela-sela panggilan kliennya, Yosella mengisi waktunya dengan nonton DVD, baca komik, dan menikmati hari-harinya di rumah. Hal tersebut memang berdasarkan dirinya yang tertutup, kurang begitu suka bersosialisasi, dan kurang menyukai keramaian. “Kalaupun pergi sama temen-temen ya paling berdua bertiga, kalau ramai juga aku jadi cenderung tertutup.”

“Kalau pekerjaan aku make up artist aku suka browsing-browsing ngecek trend masa kini, karena itu pengaruh”. Pekerjaan juga menjadi faktor utama pemilihan kegiatan dalam mengisi waktu luang, karena secara pribadi Yosella sangat mendengarkan klien-kliennya, sehingga pengetahuan mengenai make up juga dicarinya dalam mengisi waktu luang. “Ada yang pengen make upnya tebel, ada yang pengen tipis, ya itu selera sih.”

Berdomisili di Pademangan, Jakarta Utara, tidak menutup dirinya untuk berkeliling Jakarta dalam hari-harinya termasuk dalam mengisi waktu luangnya. Tempat favoritnya adalah daerah Jakarta Pusat karena dirasakan nyaman dan sudah lengkap dalam satu tujuan. “Lebih sering ke GI sih.. ke Gramed, Chatime, yaa cari makanan yang lebih gimana gitu di restorannya, yang bukan junk food”. Bagi Yosella, GI lebih menarik dibandingkan dengan mall-mall lainnya karena dalam satu mall sudah lengkap, terdapat supermarket, makanannya banyak, fashion bajunya juga menengah keatas, dan suasananya enak. “Walaupun rame tapi ramenya bener-bener gak desak-desakan gitu”.

“Aku sih orangnya gak bertele-tele, kalo mau ke Gramed ya langsung ke Gramed, trus aku langsung mikir di rumah ga ada makanan ya aku beli makanan, aku ga suka muter-muter, kecuali sama temen”, tutur Yosella. Selain ke mall, Yosella juga pernah mengisi waktu luangnya dengan ke museum pameran lukisan karena ajakan temannya sesama make up artist. Ia ke museum, “Karena banyak mall, udah mulai bosen aja gitu, aku pernah ke mall ini – mall ini isinya sama aja gitu, kenapa gak ke kota tua gitu, aku dulu suka ke kota tua kan deket tuh”. 

Yosella mengakui selain hiburan dalam gedung, dirinya sebenarnya mengharapkan adanya hiburan outdoor berupa taman karena sekitarannya komplek perumahan tidak ada taman. Mimpinya, “Ada taman, ada kolam renang bersama gitu, itu bagus sih sebenarnya, bisa naik sepeda sekalian olahraga, it’s nice gitu loh maksudnya”.

Beralih ke kegiatan yang Yosella tidak sukai, apabila ia dikondisikan dalam hari libur, dirinya mengakui bahwa ia tidak suka untuk menerima kontak dari klien ataupun teman-temannya, “Kalau udah bener-bener cape, handphone aku matiin udah bodo amat.” Salah satu faktor utamanya adalah karena keberadaan internet yang mulai dirasakan mengganggu, mulai membuat lupa kalau diri kita perlu memiliki waktu luang. Salah satu momen ia sadar bahwa internet menggangu waktu luang saat dirinya sulit bertemu teman-temannya, namun saat bertemu teman-temannya sibuk dengan smartphone masing-masing, “Aku sempet airplane mode, tapi temen-temen sibuk upload foto, aku langsung bilang ini quality time, lu bisa upload nanti pas pulang.” Sehingga menurutnya, keberadaan internet atau social media dirasakan baik apabila digunakan untuk masing-masing, bukan untuk saat bersama-sama, karena pada akhirnya setiap individu akan kembali ‘beraktivitas’ masing-masing lagi.
Bersama teman-temannya, Yosella sering mengunjungi GI dan Central Park, dan menurutnya tempat yang enak adalah restoran untuk berkumpul bersama. Kriteria restoran yang diinginkannya adalah adanya dessert agar bisa nongkrong berlama-lama, dan juga bisa foto-foto. Dalam menentukan tempatnya, Yosella juga menggunakan the power of social media, ia melihat dulu review-review di Internet, bertanya mengenai kualitasnya.

Berbicara mengenai pengalaman dalam perjalanannya ke tempat-tempat tujuan, wanita 21 tahun ini menanggapi,

“Mengganggu banget sih, paling benci banget sama yang namanya macet”. Pengalaman buruknya dialami saat dirinya harus menghadiri photoshoot untuk majalah pada pukul 11 siang, ia sudah jalan dari jam 8.45 pagi namun, ia harus menunggu TransJakarta selama satu jam, semuanya penuh, dan jarang-jarang datangnya, alhasil ia telat 40 menit di lokasi photoshoot. “Rasanya aku mau marahin petugasnya, lu sebagai ini bisa gak sih on time, gw tau namanya macet tapi paling gak usahain gitu loh.” Sebenarnya sudah bukan hal yang aneh apabila jalanan Jakarta begitu macet, namun dirinya merasa kalau macet tersebut tidak ditanggulangi dengan baik, keberadaan transportasi umumpun juga dirasakan percuma, Yosella juga melanjutkan, “Ya karena itu, makanya aku jadi orang rumahan.”
Jujurnya, menurut Yosella pribadi Jakarta sudah tidak menyimpan pengalaman memorable. Menurutnya, pengalaman yang memorable lebih cocok di tempat-tempat yang tenang dan tempat itu tidak ada di Jakarta. “Jakarta gak mungkin bisa kaya gitu”, tambahnya. Namun, ia juga menambahkan, kalau pengalaman buruk lebih ia alami di jalanan, bukan di suatu tempat, “Abis kerja cape, harapannya pulang cepet tapi ternyata macet, ya itu juga bisa dibilang memorable yang buruk sih.”

Berbicara mengenai waktu luang, menurut dirinya dalam satu hari harus ada waktu luang, namun itu kembali lagi ke pribadi masing-masing, bagaimana orang itu memilih waktu luangnya. “Contohnya orang clubbing, dia pulang kerja, mandi, langsung pergi, walaupun saat pulang dia cape, tapi dia seneng, kan waktu luang untuk mencari kesenangan”.

Tetapi salah satu pengalaman membuat dirinya tidak memiliki waktu luang dalam satu minggu full, Yosella harus kerja di lokasi syuting dari subuh sampai subuh lagi, hal itu diantisipasinya dengan mengosongkan waktunya pada satu minggu berikutnya. Namun ia juga menekankan kalau dirinya, juga terkadang menjadi workaholic karena ia bekerja dalam bidang yang ia sukai. “Bisa dikatakan waktu kerja juga waktu luang, karena aku memilih jalan ini, ibaratnya kalo kerja aku gak stress, jadi enjoy, kadang aku kasian kalo liat orang kerja karena tuntutan gitu”.

Sebagai penutup, Yosella berharap macet itu bisa dikurangi, “Karena macet itu pengaruh saat sudah sampai ke tempat tujuan dari yang awalnya ingin makan sampai akhirnya lebih ingin cepat-cepat pulang karena merasa capek, makanya karena masyarakat kini sudah mulai beralih ke kendaraan umum TransJakarta, nanti juga ada monorail, aku sih jujur menanti itu banget.” 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 2: HESTI

Nama        : Hesti
Usia          : 35 tahun
Status       : Menikah
Domisili    : Jakarta Barat
Pekerjaan : Salesperson



Hesti, seorang pegawai counter makanan ringan di salah satu mall di Jakarta Barat mengakui semenjak berpisah tempat tinggal dengan teman-temannya, aktivitas waktu luangnya diisi hanya di rumah. Mengapa demikian?, Apakah yang dapat menjadi trigger bagi Hesti untuk dapat menikmati waktu luangnya keluar rumah?.

Matahari begitu terik ketika Hesti yang sudah 1 tahun berdomisili sementara di Tomang Tinggi, Jakarta Barat memulai ceritanya. Pada hari itu, ia mendapatkan shift siang, namun sekelilingnya nampak sepi. Waktu-waktu sepi seperti ini selayaknya juga dirasakan sebagai waktu luang bagi Hesti walaupun hanya sekedar duduk-duduk saja sambil memainkan telepon genggamnya.
Bagi Hesti, tidak banyak tempat di Jakarta khususnya Jakarta Barat yang ia pernah kunjungi, selain karena alasan waktu bekerja yang padat, teman-teman yang sudah tak lagi tinggal berdekatan juga menjadi penyebab utama yang membuat Hesti enggan meninggalkan kostannya. Alasannya, “Saya pernah lihat orang dirampok dijalan….”. Ya, rupanya alasan keamanan membuat Hesti enggan untuk pergi mengisi waktu luang sepeninggalan teman-temannya yang sudah berpindah ke daerah lainnya karena pekerjaan.

Sebelumnya, sewaktu ia masih bekerja di Garudafood, sepulang dari kerja, ia biasanya pergi bersama teman-temannya ke Kota Tua atau Monas untuk makan dan ngobrol hingga malam sekitar pukul 21.00. Walaupun dirasakan lelah, ia merasa waktu yang dihabiskan tersebut membuatnya lega, seakan sudah selesai bekerja untuk selamanya, walaupun pada kenyataannya ia harus tetap masuk kerja pada keesokan harinya. Hal utama yang membuatnya dapat merasa demikian adalah interaksi yang dipenuhi tawa lepas bersama teman-temannya. Tetapi sayangnya, hal tersebut sudah tidak dilakukannya lagi.

Sebenarnya Hesti masih memiliki beberapa teman disekitarnya, namun intensitas bertemunya lebih jarang. Hanya sekedar pergi membeli makan di sekitar kostannya, atau hanya sekedar ngobrol-ngobrol biasa di sore hari. Selebihnya, ia habiskan waktu luangnya di depan televisi.
Hesti sendiri mengakui, sebenarnya faktor mengapa dirinya lebih menginginkan pergi bersama teman-teman adalah keamanan dan interaksi yang lebih seru, lebih penuh tawa, dibandingkan dengan menghabiskan waktu luang sendiri. Dapat dikatakan juga, kalau Hesti adalah sosok yang harus mengisi waktu luangnya bersama teman. Hal ini berhubungan juga dengan pemilihan waktu luang menonton TV nya.

Hesti dapat menonton TV berjam-jam di kostannya apabila di hari libur atau day-off. Alasannya karena ia merasa ada teman dengan menonton TV. Acara yang dipilih untuk ditontonnyapun memang menggambarkan ‘sesosok teman’, yakni acara kuis atau terdapat permainan dalam tayangannya. Acara kuis memang terlihat lebih interaktif dibandingkan sinetron, alasan lainnya ia tidak menyukai sinetron adalah, “Gak suka, sinetron lebay, gak menghibur”.

Namun, bukan berarti Hesti sama sekali tidak pernah menikmati waktu luang. Terkadang anaknya yang berusia 5 tahun datang dari kampungnya untuk menemani dirinya. “Biasanya ke monas, saya sih duduk-duduk aja, anak saya yang jalan-jalan.” Tempat-tempat wisata yang familiar nampak menjadi pilihan bagi Hesti dan anaknya, selain monas, Kebun Binatang Ragunan menjadi pilihannya dalam mengisi waktu luang bersama anak-anaknya. Namun, setelah mengisi hari dengan berkeliling dan makan di tempat wisata tersebut, ia langsung pulang. Alasan langsung pulang adalah karena lelah dan harus bekerja di keesokan harinya. Terkadang juga ia masih mengisi sisa harinya setelah berwisata dengan menonton TV.

Waktu luang bersama anaknya ternyata tidak hanya di tempat wisata, jam-jam bekerjanya juga kadang diberikan untuk anaknya, “Kadang dibawa kerja, ya dia main-main aja gitu sendiri, saya sih duduk-duduk aja.”

Hesti memiliki pengalaman yang buruk saat sedang mengisi waktu luang dengan anaknya, “Waktu dari Ragunan ke Pondok Ranti, naik busway tapi salah turun jadi bablas, karena aku tidur, ketiduran jadi yaudah nyari mobil lagi lah”.  Namun, hal itu tidak menyebabkan dirinya kapok untuk terus berlanjut berwisata di lain harinya.

Namun diakui Hesti, dirinya lebih menyukai kerja dibandingkan bersantai-santai menikmati waktu luang, “Saya sih lebih suka kerja ya, gimana ya kalo ga kerja, rasanya dunianya sempit.” Tetapi jika dibandingkan dengan mengisi waktu luang dengan berjalan-jalan, Hesti lebih memilih untuk di rumah beristirahat, “Karena udah cape kerja, kalo udah cape gimana sih kan nyarinya istirahat.”

Di akhir interview, Hesti sebeneranya mengakui kalau sebenarnya dirinya juga merasa bosan kalau berada di kosan hanya menonton TV, jadi dapat dikatakan ia mengisi waktu luang di luar hanya jika dirinya merasa bosan di kosannya.


Berbicara mengenai liburan, Bali menjadi tempat impian bagi Hesti untuk mengisi waktu luang. Selain itu, kampung halamannya juga menjadi tempat yang lebih dirasakan memberikan kebebasan bagi dirinya dibandingkan di Jakarta, karena Jakarta baginya adalah tempat untuk dirinya bekerja. 

JAKARTA REPOSE PROJECT - MAN OF LEISURE 1: Ami

Nama        : Ami
Usia          : 27 tahun
Status       : Belum Menikah
Domisili    : Jakarta Barat
Pekerjaan : Pramuniaga


Bagi masyarakat ibukota yang khususnya berada di Jakarta, mall menjadi destinasi utama untuk menghabiskan waktu luang. Entah dihabiskan bersama keluarga, teman-teman, bahkan tak jarang untuk me-time, yakni berjalan-jalan sendiri. Namun, hal itu biasanya dilakukan oleh mereka yang bekerja di kantoran, kuliah, atau bersekolah. Bagaimana dengan mereka yang memang sehari-harinya bekerja di mall? Apakah mall masih menarik di mata mereka?.

Pada siang hari yang terik di salah satu mall di Jakarta Barat, butik-butik nampak masih sepi pengunjung, terlihat beberapa pramuniaga sedang bersantai. Ya, dapat dikatakan mereka sedang menikmati waktu luang dikala tidak ada pengunjung dan tentunya tidak ada bos nya. Pramuniaga yang bersantai itu terlihat memainkan telepon genggamnya sambil mengenakan headset. Namanya Ami, berusia 27 tahun, berdomisili di Tomang, Jakarta Barat. Sebenarnya Ami berasal dari luar pulau Jawa, namun dirinya mengakui sudah selama 7 tahun ini tidak pulang ke kampung, sehingga dapat dikatakan kalau hari-harinya dihabiskan di Jakarta Barat. 

Ami merupakan anak kos, seperti anak kos kebanyakan, Ami lebih sering menikmati waktu luangnya dengan teman-temannya, alasannya karena kalau di tempat kos sudah sendirian, tidak mungkin kalau keluar sendirian juga. Bersama teman-temannya yang berjumlah 5 orang ini, mereka memiliki pekerjaan yang serupa namun dengan jadwal yang berbeda-beda. Sehingga dalam mengisi waktu luangnya, Ami dan teman-temannya selalu mengatur jadwal terlebih dahulu.

Kalau di Jakarta Barat, Ami suka mengisi waktu luangnya dengan pergi jalan-jalan dan makan, seperti di daerah taman seperti tongkrongan-tongkrongan, selain itu nonton di Citraland,. Namun, untuk makan-makan tersebut, Ami memilih untuk pergi ke Bekasi, macet perjalanan sudah tidak menjadi masalah.

Selain itu, Ami juga menyukai taman yang berada di dekat Central Park yang ramai sampai jam 10 malam, dan pagi-pagi biasa digunakan untuk berolahraga. Daerah Ancol yang menawarkan masakan seafood juga menjadi destinasi favoritnya dalam mengisi waktu luang. Taman Mini juga memiliki wahana yang menjadi favorit bagi Ami, yaitu SnowBay, karena biaya masuknya murah dan dapat dinikmati bersama teman-temannya.

Namun, daerah yang tidak disukai Ami adalah disuatu daerah pasar malam yang banyak ‘wanita malamnya’, terlihat seronok dan tidak pantas untuk dilalui banyak orang, karena tempat itu adalah jalan umum. Mirisnya lagi, Ami melihat juga beberapa polisi disana namun tidak ditertibkan, ia jadi merasa risih untuk melewati tempat itu lagi.

Kejadian yang pernah dialami Ami dan begitu memorable adalah kejadian lucu saat sedang berjalan dan melihat perempuan resletingnya turun, ia ingin memberi tahu ke perempuan tersebut namun ia malu dan sungkan. Selain itu, saat perjalanan pergi juga pernah ditahan polisi, namun berhasil lolos karena pacarnya mengancam polisi tersebut. Lalu, ada pengalaman saat makan di Bekasi, tiba-tiba ada yang berkelahi, Ami langsung meninggalkan tempat tersebut, namun tidak dirasakan ada after-effectnya menjadi takut ataupun trauma.

Hal menyebalkan lainnya bagi Ami adalah saat makan di Ancol, ia menunggu selama 1 jam untuk menyantap makanannya, ia langsung merasa ilfeel dan merasa hal itu menjadi masalah baginya.

Selain berpergian, Ami juga kadang menggunakannya untuk tidur, menghubungi keluarga, menghubungi pacar, dan kadang juga mengisi waktu luangnya dengan berjualan. Berjualan diakuinya lebih dirasakan menjadi waktu luang baginya dibandingkan waktu-waktu tidak produktifnya di toko. Karena bisa sampai 1-2 jam kosong duduk-duduk saja. Waktu kosong tersebut biasa diisinya dengan main game, ngobrol-ngobrol, dan bercanda. Namun, tetap saja Ami tidak merasa bermain game itu menjadi waktu luang, karena seringkali terpotong dengan customer yang datang.

Menjadi pramuniaga tidak membatasi Ami untuk berkeliling di mall dikala sepi customer, namun Ia juga merasa enggan untuk berjalan-jalan di mall, merasa malas karena memang kesehariannya disitu.

Ami merasa mall bukan lagi menjadi hiburan baginya, begitu kontras dengan perilaku masyarakat ibukota yang diketahui selama ini. Ia merasa malas, yang dilihat itu-itu saja. Terlebih lagi karena bekerja di mall, Ami sampai mengatakan, “Bete loh, Mbak ke Mall, apalagi kalau ramai.” Hal tersebut dipicu lagi karena memang pekerjaannya dari dulu selalu dilakukannya mall.Maka dari itu Ami, jadi menyukai taman, lingkungan terbuka. Mall sudah dianggapnya bukan hiburan lagi, “Kadang liat customer dari buka toko, gak jenuh apa dari pagi di mall. Mall dimanapun sama aja, mau di PI dimanapun, namanya mall ya gitu-gitu aja”. Bahkan, berbelanjapun juga sudah bukan hiburan untuk Ami, karena sehari-harinya dipenuhi transaksi berbelanja walaupun bukan dilakukan oleh dirinya, seperti yang dinyatakan Ami, “Paling beli baju satu udah.”. “Jalan-jalan ke mall ke tempat kerja ini lagi-ini lagi, kayanya disuruh ke atas aja malas.”, hal ini menjadi respon Ami mengenai window shopping. Window shopping dirasakan sudah bukan hiburan lagi baginya.

Saat Ami memiliki waktu luang di kostannya, ia sangat tidak menyukai mencuci, ia lebih memilih untuk tidur. Saat libur ditelpon untuk masuk kerja juga sangat tidak disukainya. Bahkan ia pernah membatalkan janji dengan teman-temannya hanya karena ditelpon untuk menjadi back-up.

Lalu, apa yang disukai Ami dalam mengisi waktu luang kalau mall sudah bukan menjadi destinasi pilihan baginya?

Dalam hal experience, Ami menyukai tempat-tempat terbuka karena bisa tertawa lepas dengan teman-teman, ramai, dan bisa refreshing. “Apalagi kalau di Waterbom bisa ketawa lepas, ngakak-ngakak bareng walaupun sebentar, masalah rasanya hilang.”, kata Ami. Tempat terbuka yang disukai adalah tempat sejenis thematic waterpark, ia bisa menghabiskan waktu sampai 6 jam disana, 6 jam dihabiskannya untuk berenang, main-main, ngobrol, makan, lalu berenang lagi sampai sore.

Selain thematic waterpark, Ami juga menyukai Monas, hal yang disukainya adalah experience naik bajaj. “Naik bajaj enak loh, Mbak, seru, ngakak, iya dong, Mbak menghibur banget naik bajaj sama temen-temen.”
Untuk tempat kuliner, Ami menyukai ikan bakar di daerah Marunda. Ia menyukai tempat itu karena terbuka dekat dengan laut, ia dapat melihat proses pemasakan ikannya, bahkan memilih sendiri ikannya. Untuk mengunjungi tempat ini, Ami memilih untuk mengunjunginya pada sore atau malam hari, karena selain cuacanya yang panas pada siang hari, perjalanannya juga mengganggu, karena letaknya yang berada dekat dengan daerah industri, menyebabkan banyak kendaraan besar yang membahayakan.

Namun, tempat terbuka juga tidak semuanya disukai Ami, ia tidak menyukai konser-konser musik, karena tidak tertarik.

Dalam menghabiskan waktunya, Ami harus bersama teman-temannya, janjian, saling menunggu. Menurutnya, tempat-tempat pariwisata sangat tidak cocok untuk sendirian, berbeda dengan mall yang menurutnya sangat wajar untuk pergi sendirian. “Iya, buat apa pergi ke tempat pariwisata sendirian, yang ada bengong-bengong entar bete lagi.”, tuturnya.

Tempat terbuka yang dikunjunginya begitu didrive karena promo-promo yang ditawarkannya dan melalui info-info di internet. Tetapi, kalau promo tersebut tidak ada ia tetap tidak keberatan untuk mengunjunginya dan membayar biaya masuknya.
Untuk Ami, tempat dan kehadiran teman-temannya sangat penting, terlebih lagi dalam suatu tempat wisata dengan wahana-wahana yang dapat dicobanya. Kepuasaannya dirasakan saat ia melihat wahana tersebut di TV dan sudah pernah ia coba.

Berbicara perjalanan menuju destinasinya, Ami merasakan perjalanan kadang memberikan pengalaman menyebalkan, karena macet dan banyak kecelakaan di jalan. Namun, hal itu tidak mempengaruhi perasaannya saat sudah sampai di tempat tujuan.
Berbicara mengenai waktunya bersama keluarga, Ami mengakui kalau sebenarnya waktu luangnya dirasakan berharga apabila dihabiskan dengan keluarganya, namun karena keluarganya berada jauh di luar pulau Jawa, maka ia menyatakan, via telpon juga sudah menjadi quality time dengan keluarganya.

Salah satunya waktu luang dengan keluarganya adalah bersama kakaknya, kakaknya tinggal di Bogor. Biasanya ia menginap, bermain dengan keponakan, “Tidak selamanya kita sama teman juga kan, pasti ada waktu sama keluarga.” Bagaimanapun buat Ami, waktu bersama keponakannya lebih dinikmatinya dibandingkan dengan teman-temannya. Walaupun Ami hanya melihat keponakannya menikmati wahana bermainnya.
Salah satu tempat yang disukai untuk dikunjungi bersama keluarganya adalah Kebun Jambu di daerah Bogor, tempat tersebut disukainya karena murah, dapat memetik buah-buahannya. Ami mengetahui tempat ini dari teman-temannya yang menceritakannya.


Didasari kesukaannya pada area outdoor, Ami menyarankan untuk adanya area taman yang difungsikan untuk menikmati sore hari dan ditutup pada pukul 22.00. Karena taman seperti itu dibutuhkan untuk ada di Jakarta, diperbolehkan bagi para pedagang juga, supaya menjadi wahana yang murah namun tetap 



Wednesday, May 21, 2014

FRESHNESS FROM THE SEA at AROMA SOP SEAFOOD


Last week during my exam week, I had a little getaway to Muara Karang with my friends. It's just about 15 minutes to reach this Aroma Sop Seafood restaurant from Pantai Indah Kapuk. This place recommended by my friend who like to visit this many times.

Aroma Sop Seafood located in Pasar Muara Karang. You could see several aquarium rack and some basket full of shell, shrimp, and squid at the entrance. 

The best seller of this restaurant is Jenaah Cabe Hijau, this is a grilled one but before, they steamed it first, so it will created a juicy fish meat and broth coming out as you pick the meat. 

The fish layered with a green sauce, that's the Sambal Cabe Hijau that perfected all over the fish. It's not that spicy as its looks like. The spiciness is medium and the Sambal is not oily like the one made in Padang Restaurant. 

Overall, the Sambal is very addictive, and the fish is very fresh. 

The second one is Steamed Shrimp. Ordinary steamed. No seasonings added. Only a chili sauce combined with shredded pineapple. At the picture, the sauce is located far from the shrimp -.- it's the small bowl with red-yellow things inside. 

The Steamed Shrimp has a very savory meat texture. It's super fresh, because they boiled it when they were still alive then steamed it. Kinda rude but ended up being a better things called food. This steamed shrimp is very sweet and tender. Well-cooked, as you could see the red color is being the main temptation for me to quickly try it as it arrived on my table.

Then the Fried Squid with Salted Egg. I'm a fan of salted egg, I could eat like a barbarian only with salted eggs and a bowl of warm rice. I write that with plural form, because one is never enough.

It's not very salty, a little bit spicy, and a little sweetness from the squid. I haven't seen the squid whether it's boiled first when they're alive or already died and stored in a basket. But, I still could taste the freshness. Some restaurant often make mistakes by overcooked the squid, the meat will be tough. Here in Aroma Sop, you will not find that kind of mistake, the squid is tender and juicy, you will know the real taste of squid combined with a savory salted egg, a mashed salted egg.

The last one is Kangkung Cah Terasi. Maybe I should write this article in Bahasa since I don't find any English word suitable for the name of the food. For me, this Kangkung is the spiciest among all those foods on the table. It uses mashed red chili and the chili oil really dominating the whole plate. Very hot and spicy, salty, and the smell of Terasi only could be smelled slightly, don't worry it's not that smelly. 

This stir-fry Kangkung comes with a small portion, so if you come with your family, you might order it by more portion. 

Generally, my most favorites are the Jenaah Cabe Hijau & Steamed Shrimp. I really want to have another time to visit this restaurant again! 

Oh just FYI, I paid only 266.000 IDR for all those on the table! There is also a delicious Pisang Goreng Wijen (Fried Banana with Sesame) beside Aroma Sop. 

Thank you for reading! 


tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia

Monday, May 19, 2014

BOULANGERIE PROVENCE Japanese Bakery: AN IRREPLACEABLE MILK PAN


Helloo! This is Tiffany Felicia sharing,I've just a wrote a little introduction on the last post by the way. Some of you who regularly read my new updates might wonder where do I live, since it looks like I go to Pantai Indah Kapuk often just to get a food -.- 

I live in Tangerang, near the airport, so it doesn't take a long time for me to reach Pantai Indah Kapuk. The highway itself is different, no traffic and any other disturbance which usually extend my arrival time -_- 

So, there is one bakery I have put my attention on. Provence, this France written bakery located near SumoBoO and their big neon maroon billboard could be seen from the pathway. 

First I entering the bakery, I smell the real baked bread aroma burst to all over the room. The bakery is pretty small, but it sells several variants of bread start from a sweet one till a miniature pizza. 

When I came that day, the baker just put those newly-baked bread under the window which separate the kitchen and those bread-for-sale rack. 

Then I asked the waitress, she said those are Milk Pan and one of the best seller. So, without any doubt I bought one to try.


That how it looks from the top. You could easily guess the bread itself have a texture like Mantao or Pao in dimsum. But, the different is, when the Mantao or Pao are steamed, this 'kind-of-bun' is baked in oven.

Let's look at the filling, the milky sticky filling, as you bring it home it will get stickier because of the room temperature. So, better have it after baked or warmed it a little while in oven or microwave. 


Say hello to the milky filling, it smells really like a fresh milk, without any kind of sweety aroma. The texture almost the same like a fla from Kue Sus. It's sweet, but not that sweet. I can't explain more, since everything I could taste is a very rich milk inside a bun. The bun is a little bit tasteless, but a slightly sweet still could be tasted. 

There's a big possibilities you might like only the filling, like I am. And maybe some of you would only like the bun, the bun itself is kinda savory alongside with its tastelessness. 

But for me, I bite the bun and the milky filling at the same time, the tasteless of the bun will be improved and perfected with the filling. I really impressed with the rich milky flavor from the filling, it's a very fresh milk inside a bun. Oh, no rum added by the way, so let's enjoy a fresh milk in different way! 

see yaaa :*


tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia

Let's take a break: A Little Story Behind This Blog

It's always nice to greet you guys, this is Tiffany Felicia the author of dailymealjournal writing :)

It's almost 3 months I have been writing this blog, thinking what kind of food I have to review and the most important is, where on earth I have to go to fulfill the requirement of updating this blog. 

Yes, I do said 'requirement', this kind of requirement began since my 4th semester started. My teacher told all the students to build up their professional online profile, and the first thought at that time was making a food blog and being a foodblogger. 

So, being a foodblogger wannabe is a challenging task for me. I'm in Marketing Management major and this kind of writing, improves me a lot. I start to learn how to make others experience and 'taste' what I have eaten through a writing. 

And, I realize everyone does struggle. I struggle to keep writing and be active to updating this blog. I study at Prasetiya Mulya School of Business and Economics, my everyday's activities are doing homework, projects, and meetings. 

Yes, meetings, I currently active in Student Board 2013/2014, a student organization which exists to hear all the civitas of Prasetiya Mulya aspiration and running several big events, one of them is Pop Up Market which has successfully held last April in Kuningan City.

As a 20 years old girls, I do have a plan for my future. My plan is, continue my study to master degree and I swear I will never take any kind of academical major anymore. Maybe I will take an art major, not drawing, I can't even draw a circle perfectly, I might choose something like floristry -.- or culinary arts. 

That's all, and I really thank all of you who read my blog, really thank you :")


tiftiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia tiffany felicia